Senin, 14 April 2014

Diksi ( Pilihan Kata )



I.                   PENDAHULUAN
Bahasa merupakan hal yang sangat penting, dan merupakan kunci pokok bagi kehidupan manusia. Karena dengan bahasa manusia bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Keseragaman bahasa menjadi sangat penting dalam  berkomunikasi. Dan memang harus diakui, kecenderungan orang dalam penggunaan bahasa semakin dikesampingkan, terutama dalam tatacara atau pemilihan kata atau diksi. Dalam kehidupan masyarakat sering kita jumpai ketika seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilhan kata atau diksi bukan hanya sekedar pilih – memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan. Dalam bahasa tulis diksi ( pilihan kata ) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengankata – kata yang kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai pengertian diksi, bagaimana identifikasi diksi yang baik, serta contoh penggunaaan dikasi dalam bentuk tulisan.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian diksi?
B.     Bagaimana identifikasi diksi bahasa Indonesia yang baik?
III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Diksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti pilihan kata yang tepat dan selaras ( dalam penggunaannya ) untuk mengunggapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu ( seperti yang diharapkan ). Selain itu diksi menurut pendapat lain adalah ketepatan kata yang di pengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan untuk memahami, mengetahui, menguasai dan penggunaan kata aktif dan efektif kepada pembaca dan pendengarnya. Dari pernyataan tersebut tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat sebuah karangan.
                        Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “ diubah “ saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau raksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang peran penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai. Hal – hal yang perlu kita amati dalam pilihan kata yaitu :
1.      Kemampuan memilih kata dimungkinkan bila seseorang memilih kosa kata yang luas.
2.      Kemampuan membedakan secara tepat kata – kata yang memiliki nuansa serumpun
3.      Kemampuan untuk memilih kata – kata yang tepat untuk situasi atau konteks tertentu.
B.     Identifikasi Diksi Bahasa Indonesia yang Baik
1.      Ketepatan Diksi
Pemakaian kata tunggal alih – alih ungkapan yang berunsur dua atau lebih kadang – kadang dapat memperkuat dan mencermatkan diksi dalam tulisan. Di dalam percakapan – percakapan yang ringkas menjadikan diksi lebih syarat informasi. Bandingkanlah : mengadakan penelitian dengan meneliti, disebabkan oleh fakta dengan karena, mengajukan saran dengan menyarankan, melakukan kunjungan dengan berkunjung, meninggalkan kesan yang mendalam dengan mengesankan. Tentu bukan maksudnya kita selalu memilih kata yang ringkas, yang penting ialah kita jangan selalu memilih frasa yang panjang jika ada padanannya yang lebih ringkas.[1] Hal – hay yangperlu diperhatikan :
 a. Makna denotatif dan konotatif
 Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Sedangkan makna konotatif adalah adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul. Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif) tetapi kamar kecil berarti juga jamban ( konotatif). Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau konotatif.
Makna-makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional daripada makna denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum. Dengan kata lain, makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi atau situasi tertentu.
Misalnya :
Rumah                                                  gedung, wisma, graha
Penonton                                               pemirsa, pemerhati
Dibuat                                                   dirakit, disulap
Sesuai                                                    harmonis
Tukang                                                  ahli, juru
Pembantu                                              asisten
Pekerja                                                  pegawai, karyawan
Tengah                                                  madia
Bunting                                                 hamil, mengandung
Mati                                                      meninggal, wafat

Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna denotatif adalah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang menyertainya, sedang makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan pikiran, peranan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedang makna konotatif lebih bersifat pribadi atau khusus.[2]


b. Kata bersinonim
Kata bersinonim berarti kata sejenis, sepadan, sejajar, serumpun, dan memiliki arti sama. Secara lebih gampang dapat dikatakan bahwa sinonim sesungguhnya adalah persamaan makna kata. Adapun yang dimaksud adalah dua kata atau lebih yang berbeda bentuknya, ejaannya, pengucapan atau lafalnya, tetapi memiliki makna sama atau hampir sama.
Ambil saja bentuk ‘hamil’ dan ‘mengandung’ serta ‘bunting’. Ketiga bentuk kebahasaan itu dapat dikatakan bersinonim karena bentuknya berbeda, tetapi maknanya sama.
Semua bangsa Indonesia menjunjung bahasa persatuan.
Seluruh bangsa Indonesia menjunjung bahasa persatuan.
Perbedaan itu terjadi karena pemakaian kata semua ditekankan pada jumlah yang banyak, sedangkan pemakaian kata seluruh ditekankan pada suatu benda yang merupakan satu kesatuanyang utuh. Oleh karena itu, penggunaan kata seluruh pada kalimat itu lebih tepat dari pada semua.Hal nyata juga tampak pada perbandingan berikut :
Dewi ingin melihat segala bunga yang terdapat di kebun itu.
Dewi ingin melihat semua bunga yang terdapat di kebun itu.
Kata segala bunga menyiratkan pengertian bahwa di kebun itu ada berbagai jenis bunga. Dan semua bunga mengandung arti mungkin ada satu jenis bunga yang ada di kebun itu atau mungkin pula ada berbagai jenis bunga.
c. Kata bernilai rasa
Diksi atau pemilihan kata juga mengajarkan untuk senantiasa menggunakan kata-kata yang bernilai rasa dengan cermat. Memang sering ada kontroversi antara kata-kata bernilai rasa dan kata-kata baku. Kadang ditemukan bahwa kata baku tertentu tidak memiliki nalai rasa sama sekali. Sebaliknya, dapat pula ditentukan bahwa kata bernilai rasa jauh dari dimensi-dimensi kebakuan. Jika menghadapi kasus demikian ini, Anda harus benar-benar cermat mempertimbangkan laras bahasanya. Bila laras bahasanya adalah laras ilmiah, seperti halnya bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah, maka tidak bisa tidak preferensi Anda haruslah pada kata-kata baku tersebut.[3]
Kata-kata yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.
Contoh:
Tunanetra                           buta
Tunarungu                          tuli
Tunawicara                        bisu
d. Pemakaian istilah asing
Dalam membuat kalimat, penggunaan kata-kata atau istilah-istilah asing sedapat mungkin dihindari. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara kita. Pusat Pembinaan dan Pengambangan Bahasa menggunakan beberapa pertimbangan untuk menerimaa atau menolak unsur pungutan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut ialah :
1)      perasaan cermat tidaknya bahasa sendiri dalam perbedaan nuansa makna : biologi, biologis,
2)      perlu tidaknya kata yang bersinonim : asimilasi, pembaruan,
3)      ada tidaknya pengakuan gengsi berbahasa asing : kalibrasi, evaluasi, dan
4)      tinggi rendahnya kemampuan serta kemahiran dalam bahasa sendiri, misalnya : dalam mana, dimana, dan kepada siapa.
Dalam memilih kata, hendaknya kita memerhatikan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa. Kata-kata tabu dan kata-kata yang mengacu pada konotasi tertentu harus dihindarkan. Sebuah karangan yang ditujukan kepada masyarakat umum, yang mungkin amat heterogen, jelas akan berbeda dengan tulisan yang ditujukaan kepada masyarakat yang homogen, misalnya guru, para perawat, para peternak, dan sebagainya.[4]
e. Kata konkret dan abstrak
        Kata yang acuannya semakin mudah diserap panca indera disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah diserap      panca indera, kata itu disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.[5]
 f. Kata umum dan kata khusus
            kata-kata umum adalah kata-kata yang perlu dijabarkan lebih lanjut dengan kata-kata yang sifatnya khusus untuk mendapatkan perincian lebih baik. Kata-kata umum tidak tepat untuk mendeskripsikan sesuatu karena memiliki kadar akurasi yang rendah.
            Kata-kata umum demikian ini lebih tepat digunakan untuk argumentasi atau persuasi, karena dalam pemakaian yang disebutkan terakhir itu akan dibuka kemungkinan-kemungkinan penafsiran yang lebih luas, yang lebih umum, yang lebih komprehensif. Maka, jika Anda hendak berhasil berargumentasi dalam diskusi-diskusi misalnya, kuasailah bentuk-bentuk kebahasaan yang sifatnya umum demikian ini.
Dalam banyak hal, kata-kata khusus memang merupakan kebalikan dari kata-kata umum. Kata-kata khusus cenderung digunakan dalam konteks terbatas, dalam kepentingan-kepentingan yang perlu pemerincian, dan perlu ketepatan dan keakuratan konsep. Maka, lazim pula dipahami bahwa kata-kata khusus adalah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya, terbatas konteks pemakaiannya. Akan tetapi harus dipahami pula bahwa makin khusus sebuah kata, maka makin jelaslah maknanya. Kata-kata khusus lebih menegaskan pesan, lebih memusatkan perhatian, dan memfokuskan pengertian, serta selaras dengan prinsip akurasi kejurnalistikan.[6]
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak hanya mujair atau tidak hanya tawes, tetapi ikan terdiri atas beberapa macam, seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan koki, dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan, demikian juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang pasti merupakan jenis ikan. Dalam hal ini, kata yang acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.[7]
g. Kata yang tepat, benar terutama yang mirip ejaan/pelafalannya
            Kata yang tepat dan benar terutama mirip ejaan atau lafalnya. Kata yang hampir sama, memiliki kedekatan bunyi maupun tulisan yang sama yaitu, homofon dan homograf. Homofon adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan bunyi, tetapi tulisan berbeda dan maknanya pun berbeda. Contoh : bank (tempat menyimpan uang), bang (kakak). Sedangkan homograf adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf tetapi pengucapannya bebeda dan maknanya berbeda. Contoh : teras (inti –e keras) dan teras (beranda rumah –e lemah), syarat dan sarat, karton dan karton , apel dan apel dan sebagainya.[8]
2. Kesalahan pembentukan dan pemilihan kata
            Pada bagian berikut akan diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis.
a.       Penanggalan awalan me-
1)      Amerika Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia.
( salah )
Amerika Serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia.
( Benar )
2)      Jaksa Agung, Marzuki Darusman, periksa mantan Presiden Soeharto.
( salah )
Jaksa Agung, Marzuki Darusman, memeriksa mantan Presiden Soeharto.
( benar )
b.      Penanggalan awalan ber-
Kata – kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-, padahal awalan ber-  harus di eksplisitkan secara jelas. Dibawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
1)      Sampai jumpa lagi. ( salah )
Sampai berjumpa lagi. ( benar )
2)      Pendapat saya beda dengan pendapatnya. ( salah )
Pendapat saya berbeda dengan pendapatnya. ( benar )
c.       Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawi bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan me-.
1)      Panji sedang menyuci mobil. ( salah )
Panji sedang mencuci mobil. ( benar )
2)      Poppy lebih menyintai Bobby daripada menyintai Roy. ( salah )
Poppy lebih mencintai Bobby daripada mencintai Roy. ( benar )
d.      Penyegaunan kata dasar
Ada lagi penyegaunan bunyi awal kata dasar. Penyegaunan kata dasar ini sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya pencampuradukan antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah dalam pemakaian. Kita sering menemukan penggunaaan kata – kata nyopet, mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, nyuap, nyari, ngepung, dan nolak. Dalam bahasa Indonesia, kita harus menggunakan kata – kata menulis, mencubit, menyuap, mencari, mengepung, mencopet, memandang, mengail, mengantuk, menabrak, menanam, dan menolak.
e.       Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, dan /t/ sering tidak luluh jika mendapat awalan me- atau pe-. Padahal menurut kaidah baku bunyi – bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Dibawah ini dibedakan untuk salah dan bentuk benar dlam pemakaian sehari – hari.
1)      Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya dipertahankan. ( salah )
Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya dipertahankan. ( benar )
2)      Bangsa Indonesia mampu mengikikis habis paham komunis sampai ke akar – akarnya. ( salah )
Bangsa Indonesia mampu mengikis habis paham komunis sampai ke akar – akarnya. ( benar )
f.       Awalan ke- yang keliru
Pada kenyataan sehari – hari, kata – kata yang seharusnya berawalan ter- sering diberi awalan ke-. Hal itu disebabkan kekurangcermatan dalam memilih awalan yang tepat. Umumnya, kesalah itu dipengaruhi oleh bahasa daerah ( Jawa / Sunda ). Dibawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian awalan.
1)      Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. ( salah )
Pengendra motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. ( benar )
2)      Adinda dari tadi ketawa terus. ( salah )
Adinda dari tadi tertawa terus. ( benar )
g.      Pemakaian akhiran –ir
Pemakaian akhiran ir sanagat produktif dalam penggunaan bahasa indonesia sehari – hari, padahal, dalam bahasa indonesia baku, untuk padanan akhiran -ir atau –isasi. Dibawah ini diungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
1)      Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. ( salah )
Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu. ( benar )
2)      Soekarno Hatta memproklamirkan negara Republik Indonesia. ( salah )
Soekarno Hatta memproklamasikan negara Republik Indonesia. ( benar )

h.      Padanan yang tidak serasi
Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari – hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat. Dibawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar terutama dalam memakai ungkapan penghubung intra kalimat.
1)      Karena modal di Bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. ( salah )
Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. ( benar )
Modal di Bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. ( benar )
2)      Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. ( salah )
Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipmpin oleh Sdr. Daud. ( benar )
Pada hari itu, saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. ( benar )
3)      Walaupun malam tadi bertugas siskampling, tetapi ia masuk kantor juga seperti biasa. ( salah )
Walaupun malam tadi bertugas siskampling, ia masuk kantor juga seperti biasa. ( benar )
Malam tadi ia bertugas siskampling, tetapi ia masuk kantor juga seperti biasa. ( banar )
i.        Pemakaian kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari – hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering dipertukarkan. Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dna bentuk salah dalam pemakaian kata depan.
1)      Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. ( salah )
Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. ( benar )
2)      Meja ini terbuat daripada kayu. ( salah )
Meja ini terbuat dari kayu. ( benar )
3)      Nensi lebih cerdas dari Vina. ( salah )
Nensi lebih cerdas daripada Vina. ( benar )
4)      Sepeda motornya dititipkan di saya selama ia sedang belajar. ( salah )
Sepeda motornya dititipkan pada saya selama ia sedang belajar. ( benar )
5)      Saya tiba ke Bank Indonesia tepat pukul 8.00. ( salah )
Saya tiba di Bank Indonesia tepat pukul 8.00 ( benar )
j.        Pemakaian akronim atau singkatan
Kita membedakan istilah “singkatan” dengan “bentuk singkat” ialah PLO,UI, dan lain – lain. Yang dimaksud dengan bentuk singkat ialah lab ( Laboratorium ), memo ( memorandum ) dan lain – lain. Pemakaian akronim dan singkatan dalam bahasa Indonesia kadang – kadang tidak teratur. Singkatan IBF memiliki dua makna, yaitu Internasional Boxing Federation dna Internasional Badminton Federation. Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat mungkin dihindari karena menimbulkan berbagai tafsiran terhadap akronim atau singkatan itu. Singkatan yang dapat dipakai adalah singkatan yang sudah umum dan maknanya telah mantap. Walaupun demikian, agar tidak terjadi kekeliruan kalau hendak mempergunakan bentuk akronim atau singkatan daam suatu artikel atau makalah serata sejenis dengan itu, akronim atau singkatan itu lebih baik didahului oleh bentuk lengkapnya.
k.      Penggunaaan kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
Kata – kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata npemukiman bersaing dengan kata permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata pernalaran. Lalu, bentukan yang manakah yang sebenarnya yang paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan dan yang salah simpulan, ataukah sebaliknya. Apakah yang tepat keputusan dan yang salah putusan, ataukah sebaliknya.
Mana yang benar penalaran ataukah pernalaran; kata pemukiman ataukah permukiman?
                        Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan – bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu dan yang lain. Dengan kata lain, terdapat korelasi di antara berbagai bentukan tersebut. Perhatikanlah, mislanya, verba yang berawalan meng- dapat dibentuk menjadi nomina yang bermakna “ proses “ yang berimbuhan peg-an, dan dapat pula dibentuk menjadi nomina yang bermakana hasil yang berimbuhan –an. Perhatikanlah keteraturan pembentukan kata berikut :
Tulis,                      menulis,                       penulis,            penulisan,        tulisan
Pilih,                      memilih,                      pemilih,           pemilihan,        pilihan
Layan,                   melayani,                     pelayan,           pelayanan,       layanan
Capai,                    mencapai,                    pencapai,         pencapaian,     capaian
Ringkas,                meringkas,                   peringkas,        peringkasan,    ringkasan
Putus,                    memutuskan,               pemutus,          pemutusan,      putusan
Pakai,                     memakai,                     pemakai,          pemakaian,      pakaian
Simpul,                  menyimpulkan,            penyimpul,      penyimpulan,   simpulan
Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut :
Tani,          bertani,            petani,             pertanian
Tinju,         bertinju,           petinju,            pertinjuan
Silat,          bersilat,            pesilat,             persilatan
Mukim,      bermukim,       pemukim,        permukiman
Gulat,        bergulat,          pegulat,           pergulatan
      Kelompok kata dibawah ini mengikuti cara yang lain.
Satu,          bersatu,            mempersatukan,          pemersatu,                   persatuan
Solek,        bersolek,          mempersolek,              pemersolek,                 persolekan
Oleh,          beroleh,           memperoleh,                pemeroleh,                   perolehan[9]
Berdasarkan kaidah diatas, beentukan – bentukan berikut dipandang kurang konsisten
1)      Karya ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan kesimppulan. ( Kurang rapi )
Karya ilmiah hatus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan simpulan.
( lebih rapi )
2)      Sesuai dengan keputusan pemerintah, bea masuk barang mewah dinaikkan menjadi 20%. ( kurang rapi )
Sesuai dengan putusan pemerintah, bea masuk barang mewah dinaikkan menjadi 20%. ( Lebih rapi )



i.                    Penggunaan kata yang hemat
Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaiana bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari – hari sering dijumpai pemakaian kata yang tidak hemat ( boros ). Berikut ini adalah contohnya :
Boros                                                              Hemat            
1)      Sejak dari                                                    sejak atau dari
2)      Agar supaya                                                agar atau supaya
3)      Demi untuk                                                 demi atau untuk
4)      Adalah merupakan                                      adalah atau merupakan
5)      Mempunyai ppendirian                               berpendirian
6)      Menyatakan persetujuan                             menyetujui
7)      Berbagai faktor – faktor                             berbagai faktor
8)      Daftar nama – nama peserta                       daftar nama peserta
9)      Mendeskripsikan tentang hambatan           mendeskripsikan hambatan
10)  Mengadakan penelitian                               meneliti
j.          Analogi
                        Di dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkorelasi denag kata bertinju. Kata oetinju berarti orang – orang yang (biasa) bertinju, bukan orang yang (biasa) meninju.
Dewasa ini dapat dijumpai banyak kata yang sekelompok denggan petinju, seperti pesenam, pesilat, pegolf, peterjun, petenis,dan peboling. Akan tetapi apakah semua kata dibentuk dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju? Jika harus dilakukan demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini :
Petinju berarti orang yang bertinju; pesenam berarti orang yang bersenam; pesilat berarti orang yang bersilat; peski berarti orang yang berski; petenis berarti orang yang bertenis,dan lain sebagainya. Kata bertinju, bersenam, bersilat mungkin biasa digunakan, tetapi kata bergolf, beterjun, bertenis, dan berboling bukan kata yang lazim. Oleh sebab itu, munculnya kata peski, peselancar, pegolf, petenis, peboling. Pada dasarnya tidak dibenuk dari berski ( yang baku bermain ski ), berselancar ( yang baku bermain selancar ), bergolf ( yang baku bermain golf ), bertenis ( yang baku bermain tenis ).
k. Bentuk jamak dalam Bahasa Indonesia
Dalam pemakaian sehari – hari kadang – kadang orang salah menggunakan bentuk jamak dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk jamak dalam bahasa indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1)      Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkuatan seperti :
Kuda- kuda, meja-meja,dan buku- buku
2)      Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan seperti :
Beberapa meja, dua tempat, sepuluh komputer, semua buku
3)      Bentuk jamak dengan menambah kata bantu jamak seperti para tamu
4)      Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang, seperti : mereka, kami, kita, dan kalian
Dalam pemakaian sehari – hari orang cenderung memilih bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia. Di bawah ini beberapa bentuk jamak dan bentuk tunggal dari bahasa asing.
Bentuk tunggal                                       Bentuk jamak
Datum                                                                  data
Alumnus                                                               alumni
Alim                                                                      ulama
Dalam bahasa Indonesia bentuk datum dan data yang dianggap baku ialah data yang dipakai sebagai bentuk tunggal. Bentuk alumnus dan alumni yang dianggap bakua adalah alumni yang dipakai sebgai bentuk tunggal. Bentuk alim dan ulama kedua – duanya dianggap baku yang dipakai masing – masing sebagai bentuk tunggal. Oleh karena itu, tidak salah kalau ada bentuk kata seperti : Beberapa data, tiga alumni, daan seterusnya.
l.        Ungkapan Idiomatik
`Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangakan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata – kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat diksi di dalam tulisan.
Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut :
Mentri dalm negeri bertemu Presiden Gus Dur. (salah )
Mentri dalam negeri bertemu dengan Gus Dur. ( benar )
Disamping itu, ada beberapa kata yang berbentuk seperti
Sehubungan dengan; berhubungan dengan; sesuai dengan; bertepatan dengan; sejalan dengan
Ungkapan idiomatik lain yang perlu diperhatikan ialah ;
Salah                                                                      Benar
Terdiri                                                                     terdiri atas/ dari
Terjadi atas                                                             terjadi dari
Disebabkan karena                                                  disebabkan oleh
Membicarakan tentang                                           berbicara tentang
Tergantung kepada                                                 bergantung pada
Menjalankan hukuman                                            menjalani hukuman
Menemui kesalahan                                                menemukan kesalahan
































VI. SIMPULAN

Diksi adalah pilihan kata yang tepat yang dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan yang memahami, mengetahui, menguasai dan penggunaan kata aktif dan efektif  kepada pembaca dan pendengarnya. Diksi bahasa indonesia yang baik harus memiliki :
A.    Ketepatan :
1.      Denotasi dan konotasi
2.      Kata bersinonim
3.      Kata yang bernilai rasa
4.      Pemakaian istilah asing
5.      Kata konkret dan abstrak
6.      Kata umum dan khusus
7.      Kata yang tepat dn benar terutama yang mirip dengan ejaan
B.     Kesesuaian :
1.      Hindari kata tutur ( bahasa lisan )
2.      Hindari bahasa non standar dalam situasi formal
3.      Menghindari istilah ilmiah dalam situasi dan kondisi umum
4.      Menghindari jargon
5.      Menghindari slang
6.      Menghindari bahasa artifisial













V.                PENUTUP
Demikian makalah yang dapat pemakalah sampaikan. Pemakalah telah berusaha membuat makalah ini dengan segala keterbasan kami. Pemakalah menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini baik dalam penulisan maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat pemakalah harapkan demi kebaikan bersama. Ucapan terimakasih dan mohon maaf atas segala kekurangan. Semoga apa yang telah kita pelajari dapat bermanfaat dan mendapat ridho dari Allah SWT.










[1] Alek dan Ackmad H.P, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, ( Jakarta : Kencana Predana Media Grup, 2010 ), hlm.235
[2] Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguran Tinggi, (Jakarta : Akademika Pressindo, 2003), hlm 25-27.
[3] Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, ( Penerbit : Gelora Aksara Pratama, 2009), hlm. 34.
[4] Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif (Diksi, Struktur, Logika), (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), hlm  14.
[5] Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguran Tinggi, (Jakarta : Akademika Pressindo, 2003), hlm 28-29.
[6] Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta : Gelora Aksara Pratama, 2009), hlm 35-36.
[7] Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguran Tinggi, (Jakarta : Akademika Pressindo, 2003), hlm 28.
[8] Sulaiman al-Kumai,dkk, Bahasa Indonesia Bahasa Bangsaku, ( Semarang : Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Walisongo, 2014), hlm 61-62.
[9]  Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguran Tinggi, (Jakarta : Akademika Pressindo, 2003), hlm 32.

Tidak ada komentar: