I.
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan hal yang sangat penting, dan merupakan kunci pokok
bagi kehidupan manusia. Karena dengan bahasa manusia bisa berinteraksi dan
berkomunikasi dengan sesamanya. Keseragaman bahasa menjadi sangat penting dalam
berkomunikasi. Dan memang harus diakui,
kecenderungan orang dalam penggunaan bahasa semakin dikesampingkan, terutama
dalam tatacara atau pemilihan kata atau diksi. Dalam kehidupan masyarakat
sering kita jumpai ketika seseorang berkomunikasi dengan pihak lain tetapi
pihak lawan bicara kesulitan menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata
yang kurang tepat. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien,
penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting untuk menghindari
kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Pemilihan kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu
keberhasilan dalam berkomunikasi. Pilhan kata atau diksi bukan hanya sekedar
pilih – memilih kata, melainkan lebih mencakup bagaimana efek kata tersebut
terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan. Dalam bahasa tulis diksi (
pilihan kata ) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengankata – kata yang
kita pilih.
Dalam makalah ini, penulis berusaha menjelaskan mengenai pengertian
diksi, bagaimana identifikasi diksi yang baik, serta contoh penggunaaan dikasi
dalam bentuk tulisan.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
pengertian diksi?
B.
Bagaimana
identifikasi diksi bahasa Indonesia yang baik?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Diksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti
pilihan kata yang tepat dan selaras ( dalam penggunaannya ) untuk mengunggapkan
gagasan sehingga diperoleh efek tertentu ( seperti yang diharapkan ). Selain
itu diksi menurut pendapat lain adalah ketepatan kata yang di pengaruhi oleh
kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan untuk memahami,
mengetahui, menguasai dan penggunaan kata aktif dan efektif kepada pembaca dan
pendengarnya. Dari pernyataan tersebut tampak bahwa penguasaan kata seseorang
akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat
sebuah karangan.
Setiap
kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak
seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “ diubah “ saat digunakan dalam kalimat
yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui
saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau
raksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda. Berdasarkan hal
itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang peran penting sebagai alat untuk
mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai. Hal – hal yang
perlu kita amati dalam pilihan kata yaitu :
1.
Kemampuan memilih kata dimungkinkan
bila seseorang memilih kosa kata yang luas.
2.
Kemampuan membedakan secara tepat
kata – kata yang memiliki nuansa serumpun
3.
Kemampuan untuk memilih kata – kata
yang tepat untuk situasi atau konteks tertentu.
B.
Identifikasi
Diksi Bahasa Indonesia yang Baik
1.
Ketepatan
Diksi
Pemakaian kata tunggal alih – alih ungkapan yang berunsur dua atau
lebih kadang – kadang dapat memperkuat dan mencermatkan diksi dalam tulisan. Di
dalam percakapan – percakapan yang ringkas menjadikan diksi lebih syarat
informasi. Bandingkanlah : mengadakan penelitian dengan meneliti, disebabkan
oleh fakta dengan karena, mengajukan saran dengan menyarankan, melakukan
kunjungan dengan berkunjung, meninggalkan kesan yang mendalam dengan
mengesankan. Tentu bukan maksudnya kita selalu memilih kata yang ringkas, yang
penting ialah kita jangan selalu memilih frasa yang panjang jika ada padanannya
yang lebih ringkas.[1]
Hal – hay yangperlu diperhatikan :
a. Makna denotatif dan
konotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar
secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya.
Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif.
Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual. Kata makan,
misalnya, bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan.
Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Sedangkan makna
konotatif adalah adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari
sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah
makna konseptual. Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung
atau pukul. Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak
tetap. Kata kamar kecil mengacu kepada kamar yang kecil (denotatif)
tetapi kamar kecil berarti juga jamban ( konotatif). Dalam hal ini, kita
kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif atau
konotatif.
Makna-makna konotatif sifatnya lebih profesional dan operasional
daripada makna denotatif. Makna denotatif adalah makna yang umum. Dengan kata lain,
makna konotatif adalah makna yang dikaitkan dengan suatu kondisi atau situasi
tertentu.
Misalnya :
Rumah gedung,
wisma, graha
Penonton
pemirsa, pemerhati
Dibuat
dirakit, disulap
Sesuai harmonis
Tukang
ahli, juru
Pembantu
asisten
Pekerja
pegawai, karyawan
Tengah madia
Bunting
hamil, mengandung
Mati
meninggal, wafat
Makna konotatif
dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian bahasa. Makna
denotatif adalah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang
menyertainya, sedang makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan
pikiran, peranan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan
kata lain, makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedang makna
konotatif lebih bersifat pribadi atau khusus.[2]
b. Kata
bersinonim
Kata
bersinonim berarti kata sejenis, sepadan, sejajar, serumpun, dan
memiliki arti sama. Secara lebih gampang dapat dikatakan bahwa sinonim
sesungguhnya adalah persamaan makna kata. Adapun yang dimaksud adalah dua kata
atau lebih yang berbeda bentuknya, ejaannya, pengucapan atau lafalnya, tetapi
memiliki makna sama atau hampir sama.
Ambil saja
bentuk ‘hamil’ dan ‘mengandung’ serta ‘bunting’. Ketiga bentuk kebahasaan itu
dapat dikatakan bersinonim karena bentuknya berbeda, tetapi maknanya sama.
Semua bangsa Indonesia menjunjung bahasa
persatuan.
Seluruh bangsa Indonesia menjunjung bahasa
persatuan.
Perbedaan itu terjadi karena
pemakaian kata semua ditekankan pada jumlah yang banyak, sedangkan pemakaian
kata seluruh ditekankan pada suatu benda yang merupakan satu kesatuanyang utuh.
Oleh karena itu, penggunaan kata seluruh pada kalimat itu lebih tepat dari pada
semua.Hal nyata juga tampak pada perbandingan berikut :
Dewi ingin
melihat segala bunga yang terdapat di kebun itu.
Dewi ingin
melihat semua bunga yang terdapat di kebun itu.
Kata segala bunga menyiratkan pengertian bahwa
di kebun itu ada berbagai jenis bunga. Dan semua bunga mengandung arti
mungkin ada satu jenis bunga yang ada di kebun itu atau mungkin pula ada
berbagai jenis bunga.
c.
Kata bernilai rasa
Diksi
atau pemilihan kata juga mengajarkan untuk senantiasa menggunakan kata-kata
yang bernilai rasa dengan cermat. Memang sering ada kontroversi antara
kata-kata bernilai rasa dan kata-kata baku. Kadang ditemukan bahwa kata baku
tertentu tidak memiliki nalai rasa sama sekali. Sebaliknya, dapat pula
ditentukan bahwa kata bernilai rasa jauh dari dimensi-dimensi kebakuan. Jika
menghadapi kasus demikian ini, Anda harus benar-benar cermat mempertimbangkan
laras bahasanya. Bila laras bahasanya adalah laras ilmiah, seperti halnya
bahasa yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah, maka tidak bisa tidak
preferensi Anda haruslah pada kata-kata baku tersebut.[3]
Kata-kata
yang mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar
sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.
Contoh:
Tunanetra
buta
Tunarungu
tuli
Tunawicara
bisu
d. Pemakaian
istilah asing
Dalam membuat
kalimat, penggunaan kata-kata atau istilah-istilah asing sedapat mungkin
dihindari. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang kita sampaikan dapat
diterima dengan baik oleh lawan bicara kita. Pusat Pembinaan dan Pengambangan
Bahasa menggunakan beberapa pertimbangan untuk menerimaa atau menolak unsur
pungutan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut ialah :
1)
perasaan
cermat tidaknya bahasa sendiri dalam perbedaan nuansa makna : biologi, biologis,
2)
perlu
tidaknya kata yang bersinonim : asimilasi, pembaruan,
3)
ada
tidaknya pengakuan gengsi berbahasa asing : kalibrasi, evaluasi,
dan
4)
tinggi
rendahnya kemampuan serta kemahiran dalam bahasa sendiri, misalnya : dalam
mana, dimana, dan kepada siapa.
Dalam memilih
kata, hendaknya kita memerhatikan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat pemakai bahasa. Kata-kata tabu dan kata-kata yang mengacu pada
konotasi tertentu harus dihindarkan. Sebuah karangan yang ditujukan kepada
masyarakat umum, yang mungkin amat heterogen, jelas akan berbeda dengan tulisan
yang ditujukaan kepada masyarakat yang homogen, misalnya guru, para perawat,
para peternak, dan sebagainya.[4]
e.
Kata konkret dan abstrak
Kata yang acuannya
semakin mudah diserap panca indera disebut kata konkret, seperti meja, rumah,
mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Jika acuan sebuah kata tidak mudah
diserap panca indera, kata itu
disebut kata abstrak, seperti gagasan dan perdamaian. Kata abstrak digunakan
untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus
gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu
diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat
menjadi samar dan tidak cermat.[5]
f. Kata umum dan kata khusus
kata-kata umum adalah kata-kata yang
perlu dijabarkan lebih lanjut dengan kata-kata yang sifatnya khusus untuk
mendapatkan perincian lebih baik. Kata-kata umum tidak tepat untuk
mendeskripsikan sesuatu karena memiliki kadar akurasi yang rendah.
Kata-kata umum demikian ini lebih
tepat digunakan untuk argumentasi atau persuasi, karena dalam pemakaian yang
disebutkan terakhir itu akan dibuka kemungkinan-kemungkinan penafsiran yang
lebih luas, yang lebih umum, yang lebih komprehensif. Maka, jika Anda hendak
berhasil berargumentasi dalam diskusi-diskusi misalnya, kuasailah bentuk-bentuk
kebahasaan yang sifatnya umum demikian ini.
Dalam banyak
hal, kata-kata khusus memang merupakan kebalikan dari kata-kata umum. Kata-kata
khusus cenderung digunakan dalam konteks terbatas, dalam
kepentingan-kepentingan yang perlu pemerincian, dan perlu ketepatan dan
keakuratan konsep. Maka, lazim pula dipahami bahwa kata-kata khusus adalah
kata-kata yang sempit ruang lingkupnya, terbatas konteks pemakaiannya. Akan
tetapi harus dipahami pula bahwa makin khusus sebuah kata, maka makin jelaslah
maknanya. Kata-kata khusus lebih menegaskan pesan, lebih memusatkan perhatian,
dan memfokuskan pengertian, serta selaras dengan prinsip akurasi
kejurnalistikan.[6]
Kata ikan memiliki
acuan yang lebih luas daripada kata mujair atau tawes. Ikan tidak
hanya mujair atau tidak hanya tawes, tetapi ikan terdiri
atas beberapa macam, seperti gurame, lele, sepat, tuna, baronang, nila, ikan
koki, dan ikan mas. Sebaliknya, tawes pasti tergolong jenis ikan, demikian
juga gurame, lele, sepat, tuna, dan baronang pasti merupakan jenis ikan.
Dalam hal ini, kata yang acuannya lebih luas disebut kata umum, seperti
ikan, sedangkan kata yang acuannya lebih khusus disebut kata khusus,
seperti gurame, lele, tawes, dan ikan mas.[7]
g. Kata yang
tepat, benar terutama yang mirip ejaan/pelafalannya
Kata yang tepat dan benar terutama
mirip ejaan atau lafalnya. Kata yang hampir sama, memiliki kedekatan bunyi
maupun tulisan yang sama yaitu, homofon dan homograf. Homofon adalah kelompok
kata yang mempunyai kesamaan bunyi, tetapi tulisan berbeda dan maknanya pun
berbeda. Contoh : bank (tempat menyimpan uang), bang (kakak). Sedangkan
homograf adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf tetapi
pengucapannya bebeda dan maknanya berbeda. Contoh : teras (inti –e keras) dan
teras (beranda rumah –e lemah), syarat dan sarat, karton dan karton , apel dan
apel dan sebagainya.[8]
2. Kesalahan pembentukan dan pemilihan kata
Pada bagian berikut akan
diperlihatkan kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam
bahasa lisan maupun bahasa tulis.
a.
Penanggalan
awalan me-
1)
Amerika
Serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia.
( salah )
Amerika Serikat
meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia.
( Benar )
2)
Jaksa
Agung, Marzuki Darusman, periksa mantan Presiden Soeharto.
( salah )
Jaksa Agung,
Marzuki Darusman, memeriksa mantan Presiden Soeharto.
( benar )
b.
Penanggalan
awalan ber-
Kata – kata yang berawalan ber- sering menanggalkan awalan ber-,
padahal awalan ber- harus di
eksplisitkan secara jelas. Dibawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar
dalam pemakaiannya.
1)
Sampai
jumpa lagi. ( salah )
Sampai berjumpa
lagi. ( benar )
2)
Pendapat
saya beda dengan pendapatnya. ( salah )
Pendapat saya berbeda
dengan pendapatnya. ( benar )
c.
Peluluhan
bunyi /c/
Kata
dasar yang diawi bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan me-.
Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan me-.
1)
Panji
sedang menyuci mobil. ( salah )
Panji sedang
mencuci mobil. ( benar )
2)
Poppy
lebih menyintai Bobby daripada menyintai Roy. ( salah )
Poppy lebih
mencintai Bobby daripada mencintai Roy. ( benar )
d.
Penyegaunan
kata dasar
Ada
lagi penyegaunan bunyi awal kata dasar. Penyegaunan kata dasar ini sebenarnya
adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya pencampuradukan
antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk kata yang salah
dalam pemakaian. Kita sering menemukan penggunaaan kata – kata nyopet,
mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, nyuap, nyari, ngepung, dan
nolak. Dalam bahasa Indonesia, kita harus menggunakan kata – kata menulis,
mencubit, menyuap, mencari, mengepung, mencopet, memandang, mengail, mengantuk,
menabrak, menanam, dan menolak.
e.
Bunyi
/s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
Kata
dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, dan /t/ sering tidak luluh jika
mendapat awalan me- atau pe-. Padahal menurut kaidah baku bunyi –
bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Dibawah ini dibedakan untuk salah
dan bentuk benar dlam pemakaian sehari – hari.
1)
Eksistensi
Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya dipertahankan. ( salah )
Eksistensi
Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya dipertahankan. ( benar )
2)
Bangsa
Indonesia mampu mengikikis habis paham komunis sampai ke akar – akarnya.
( salah )
Bangsa
Indonesia mampu mengikis habis paham komunis sampai ke akar – akarnya. (
benar )
f.
Awalan
ke- yang keliru
Pada
kenyataan sehari – hari, kata – kata yang seharusnya berawalan ter-
sering diberi awalan ke-. Hal itu disebabkan kekurangcermatan dalam
memilih awalan yang tepat. Umumnya, kesalah itu dipengaruhi oleh bahasa daerah
( Jawa / Sunda ). Dibawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam
pemakaian awalan.
1)
Pengendara
motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. ( salah )
Pengendra motor
itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. ( benar )
2)
Adinda
dari tadi ketawa terus. ( salah )
Adinda dari
tadi tertawa terus. ( benar )
g.
Pemakaian
akhiran –ir
Pemakaian
akhiran ir sanagat produktif dalam penggunaan bahasa indonesia sehari – hari,
padahal, dalam bahasa indonesia baku, untuk padanan akhiran -ir atau –isasi.
Dibawah ini diungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
1)
Saya
sanggup mengkoordinir kegiatan itu. ( salah )
Saya sanggup mengkoordinasi
kegiatan itu. ( benar )
2)
Soekarno
Hatta memproklamirkan negara Republik Indonesia. ( salah )
Soekarno Hatta memproklamasikan
negara Republik Indonesia. ( benar )
h.
Padanan
yang tidak serasi
Karena
pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang serasi, yang muncul
dalam pembicaraan sehari – hari adalah padanan yang tidak sepadan atau tidak
serasi. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang, atau bergabung
dalam sebuah kalimat. Dibawah ini dipaparkan bentuk salah dan bentuk benar
terutama dalam memakai ungkapan penghubung intra kalimat.
1)
Karena modal di Bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha
lemah memperoleh kredit. ( salah )
Karena
modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh
kredit. ( benar )
Modal di Bank
terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (
benar )
2)
Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan
dipimpin oleh Sdr. Daud. ( salah )
Apabila pada hari itu saya berhalangan hadir, rapat akan dipmpin oleh Sdr.
Daud. ( benar )
Pada hari itu,
saya berhalangan hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Daud. ( benar
)
3)
Walaupun malam tadi bertugas siskampling, tetapi ia masuk kantor
juga seperti biasa. ( salah )
Walaupun
malam tadi bertugas siskampling, ia masuk kantor juga seperti
biasa. ( benar )
Malam tadi ia
bertugas siskampling, tetapi ia masuk kantor juga seperti biasa. ( banar
)
i.
Pemakaian
kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian
sehari – hari, pemakaian di, ke, dari, bagi, dan daripada sering
dipertukarkan. Di bawah ini dipaparkan bentuk benar dna bentuk salah dalam
pemakaian kata depan.
1)
Putusan
daripada pemerintah itu melegakan
hati rakyat. ( salah )
Putusan
pemerintah itu melegakan
hati rakyat. ( benar )
2)
Meja
ini terbuat daripada kayu. ( salah )
Meja ini terbuat dari kayu. ( benar )
3)
Nensi
lebih cerdas dari Vina. ( salah )
Nensi lebih
cerdas daripada Vina. ( benar )
4)
Sepeda
motornya dititipkan di saya selama ia sedang belajar. ( salah )
Sepeda motornya
dititipkan pada saya selama ia sedang belajar. ( benar )
5)
Saya
tiba ke Bank Indonesia tepat pukul 8.00. ( salah )
Saya tiba di
Bank Indonesia tepat pukul 8.00 ( benar )
j.
Pemakaian
akronim atau singkatan
Kita membedakan
istilah “singkatan” dengan “bentuk singkat” ialah PLO,UI, dan
lain – lain. Yang dimaksud dengan bentuk singkat ialah lab ( Laboratorium ),
memo ( memorandum ) dan lain – lain. Pemakaian akronim dan singkatan dalam
bahasa Indonesia kadang – kadang tidak teratur. Singkatan IBF memiliki dua
makna, yaitu Internasional Boxing Federation dna Internasional Badminton
Federation. Oleh sebab itu, pemakaian akronim dan singkatan sedapat mungkin
dihindari karena menimbulkan berbagai tafsiran terhadap akronim atau singkatan
itu. Singkatan yang dapat dipakai adalah singkatan yang sudah umum dan maknanya
telah mantap. Walaupun demikian, agar tidak terjadi kekeliruan kalau hendak
mempergunakan bentuk akronim atau singkatan daam suatu artikel atau makalah serata
sejenis dengan itu, akronim atau singkatan itu lebih baik didahului oleh bentuk
lengkapnya.
k.
Penggunaaan
kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
Kata
– kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan; kata keputusan
bersaing pemakaiannya dengan kata putusan; kata npemukiman bersaing dengan kata
permukiman; kata penalaran bersaing dengan kata pernalaran. Lalu, bentukan yang
manakah yang sebenarnya yang paling tepat? Apakah yang tepat kesimpulan dan
yang salah simpulan, ataukah sebaliknya. Apakah yang tepat keputusan dan yang salah
putusan, ataukah sebaliknya.
Mana yang benar
penalaran ataukah pernalaran; kata pemukiman ataukah permukiman?
Pembentukan
kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola yang rapi dan konsisten.
Kalau kita perhatikan dengan seksama, bentukan – bentukan kata itu memiliki
hubungan antara yang satu dan yang lain. Dengan kata lain, terdapat korelasi di
antara berbagai bentukan tersebut. Perhatikanlah, mislanya, verba yang
berawalan meng- dapat dibentuk menjadi nomina yang bermakna “ proses “
yang berimbuhan peg-an, dan dapat pula dibentuk menjadi nomina yang
bermakana hasil yang berimbuhan –an. Perhatikanlah keteraturan
pembentukan kata berikut :
Tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan
Pilih, memilih, pemilih, pemilihan, pilihan
Layan, melayani, pelayan, pelayanan, layanan
Capai, mencapai, pencapai, pencapaian, capaian
Ringkas, meringkas, peringkas, peringkasan, ringkasan
Putus, memutuskan, pemutus, pemutusan, putusan
Pakai, memakai, pemakai, pemakaian, pakaian
Simpul, menyimpulkan, penyimpul, penyimpulan, simpulan
Ada lagi
pembentukan kata yang mengikuti pola berikut :
Tani, bertani, petani, pertanian
Tinju, bertinju, petinju, pertinjuan
Silat, bersilat, pesilat, persilatan
Mukim, bermukim, pemukim, permukiman
Gulat, bergulat, pegulat, pergulatan
Kelompok kata dibawah ini mengikuti cara
yang lain.
Satu, bersatu, mempersatukan, pemersatu, persatuan
Solek, bersolek, mempersolek, pemersolek, persolekan
Oleh, beroleh, memperoleh, pemeroleh, perolehan[9]
Berdasarkan kaidah diatas, beentukan – bentukan berikut dipandang
kurang konsisten
1)
Karya
ilmiah harus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan kesimppulan. ( Kurang
rapi )
Karya ilmiah
hatus mengandung bab pendahuluan, analisis, dan simpulan.
( lebih rapi )
2)
Sesuai
dengan keputusan pemerintah, bea masuk barang mewah dinaikkan menjadi 20%. (
kurang rapi )
Sesuai dengan
putusan pemerintah, bea masuk barang mewah dinaikkan menjadi 20%. ( Lebih rapi
)
i.
Penggunaan
kata yang hemat
Salah
satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah pemakaiana bahasa yang hemat
kata, tetapi padat isi. Namun dalam komunikasi sehari – hari sering dijumpai
pemakaian kata yang tidak hemat ( boros ). Berikut ini adalah contohnya :
Boros Hemat
1)
Sejak
dari sejak
atau dari
2)
Agar
supaya agar
atau supaya
3)
Demi
untuk demi atau untuk
4)
Adalah
merupakan adalah atau merupakan
5)
Mempunyai
ppendirian berpendirian
6)
Menyatakan
persetujuan menyetujui
7)
Berbagai
faktor – faktor berbagai
faktor
8)
Daftar
nama – nama peserta daftar
nama peserta
9)
Mendeskripsikan
tentang hambatan mendeskripsikan
hambatan
10)
Mengadakan
penelitian meneliti
j. Analogi
Di
dalam dunia olahraga terdapat istilah petinju. Kata petinju berkorelasi denag
kata bertinju. Kata oetinju berarti orang – orang yang (biasa) bertinju, bukan
orang yang (biasa) meninju.
Dewasa ini dapat
dijumpai banyak kata yang sekelompok denggan petinju, seperti pesenam, pesilat,
pegolf, peterjun, petenis,dan peboling. Akan tetapi apakah semua kata dibentuk
dengan cara yang sama dengan pembentukan kata petinju? Jika harus dilakukan
demikian, akan tercipta bentukan seperti berikut ini :
Petinju berarti
orang yang bertinju; pesenam berarti orang yang bersenam; pesilat berarti orang
yang bersilat; peski berarti orang yang berski; petenis berarti orang yang
bertenis,dan lain sebagainya. Kata bertinju, bersenam, bersilat mungkin biasa
digunakan, tetapi kata bergolf, beterjun, bertenis, dan berboling bukan kata
yang lazim. Oleh sebab itu, munculnya kata peski, peselancar, pegolf, petenis,
peboling. Pada dasarnya tidak dibenuk dari berski ( yang baku bermain ski ),
berselancar ( yang baku bermain selancar ), bergolf ( yang baku bermain golf ),
bertenis ( yang baku bermain tenis ).
k. Bentuk jamak dalam Bahasa Indonesia
Dalam
pemakaian sehari – hari kadang – kadang orang salah menggunakan bentuk jamak
dalam bahasa Indonesia sehingga terjadi bentuk yang rancu atau kacau. Bentuk
jamak dalam bahasa indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1)
Bentuk
jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkuatan seperti :
Kuda-
kuda, meja-meja,dan buku- buku
2)
Bentuk
jamak dengan menambah kata bilangan seperti :
Beberapa
meja, dua tempat, sepuluh komputer, semua buku
3)
Bentuk
jamak dengan menambah kata bantu jamak seperti para tamu
4)
Bentuk
jamak dengan menggunakan kata ganti orang, seperti : mereka, kami, kita, dan
kalian
Dalam pemakaian
sehari – hari orang cenderung memilih bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak
dalam bahasa Indonesia. Di bawah ini beberapa bentuk jamak dan bentuk tunggal
dari bahasa asing.
Bentuk
tunggal Bentuk
jamak
Datum data
Alumnus alumni
Alim ulama
Dalam bahasa
Indonesia bentuk datum dan data yang dianggap baku ialah data yang dipakai
sebagai bentuk tunggal. Bentuk alumnus dan alumni yang dianggap bakua adalah
alumni yang dipakai sebgai bentuk tunggal. Bentuk alim dan ulama kedua – duanya
dianggap baku yang dipakai masing – masing sebagai bentuk tunggal. Oleh karena
itu, tidak salah kalau ada bentuk kata seperti : Beberapa data, tiga alumni,
daan seterusnya.
l.
Ungkapan
Idiomatik
`Ungkapan
idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu
unsurnya tidak dapat dihilangakan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata
– kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Ungkapan yang
bersifat idiomatik terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat diksi di
dalam tulisan.
Beberapa contoh
pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut :
Mentri dalm
negeri bertemu Presiden Gus Dur. (salah )
Mentri dalam
negeri bertemu dengan Gus Dur. ( benar )
Disamping itu,
ada beberapa kata yang berbentuk seperti
Sehubungan
dengan; berhubungan dengan; sesuai dengan; bertepatan dengan; sejalan dengan
Ungkapan
idiomatik lain yang perlu diperhatikan ialah ;
Salah Benar
Terdiri terdiri
atas/ dari
Terjadi atas terjadi dari
Disebabkan
karena disebabkan oleh
Membicarakan
tentang berbicara
tentang
Tergantung
kepada bergantung pada
Menjalankan
hukuman menjalani
hukuman
Menemui
kesalahan menemukan
kesalahan
VI. SIMPULAN
Diksi adalah pilihan kata yang tepat yang dipengaruhi oleh kemampuan
pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan yang memahami, mengetahui,
menguasai dan penggunaan kata aktif dan efektif
kepada pembaca dan pendengarnya. Diksi bahasa indonesia yang baik harus
memiliki :
A.
Ketepatan :
1.
Denotasi dan konotasi
2.
Kata bersinonim
3.
Kata yang bernilai rasa
4.
Pemakaian istilah asing
5.
Kata konkret dan abstrak
6.
Kata umum dan khusus
7.
Kata yang tepat dn benar terutama
yang mirip dengan ejaan
B.
Kesesuaian :
1.
Hindari kata tutur ( bahasa lisan )
2.
Hindari bahasa non standar dalam
situasi formal
3.
Menghindari istilah ilmiah dalam
situasi dan kondisi umum
4.
Menghindari jargon
5.
Menghindari slang
6.
Menghindari bahasa artifisial
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat pemakalah sampaikan. Pemakalah telah
berusaha membuat makalah ini dengan segala keterbasan kami. Pemakalah menyadari
bahwa masih banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini baik dalam penulisan
maupun isi dari makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat pemakalah harapkan demi kebaikan bersama. Ucapan terimakasih dan mohon
maaf atas segala kekurangan. Semoga apa yang telah kita pelajari dapat
bermanfaat dan mendapat ridho dari Allah SWT.
[1] Alek dan Ackmad H.P, Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi, ( Jakarta : Kencana Predana Media Grup, 2010 ), hlm.235
[2] Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat
Berbahasa Indonesia untuk Perguran Tinggi, (Jakarta : Akademika Pressindo,
2003), hlm 25-27.
[3] Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi, ( Penerbit : Gelora Aksara Pratama, 2009), hlm. 34.
[4] Ida Bagus Putrayasa, Kalimat Efektif
(Diksi, Struktur, Logika), (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), hlm 14.
[5] Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat
Berbahasa Indonesia untuk Perguran Tinggi, (Jakarta : Akademika Pressindo,
2003), hlm 28-29.
[6] Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi, (Jakarta : Gelora Aksara Pratama, 2009), hlm 35-36.
[7] Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa
Indonesia untuk Perguran Tinggi, (Jakarta : Akademika Pressindo, 2003), hlm
28.
[8] Sulaiman al-Kumai,dkk, Bahasa Indonesia
Bahasa Bangsaku, ( Semarang : Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Walisongo,
2014), hlm 61-62.
[9] Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat
Berbahasa Indonesia untuk Perguran Tinggi, (Jakarta : Akademika Pressindo,
2003), hlm 32.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar