Setelah kalian mempelajari Bab 2, silahkan Buatlah tabel 9 Wali beserta metode dakwahnya, tulislah di buku tulis.
Sabtu, 30 Juli 2022
Kamis, 28 Juli 2022
SOAL ILMU HADIS KELAS 12 BAB 1
Jawab pertanyaan tersebut di kolom komentar, jawaban untuk kolom “ALASAN” boleh sama, asalkan menggunakan redaksi/ kata yang berbeda. Tidak boleh sama.
Cara menjawab Contoh:
Nama: Ainul Yakin absen 31
1. SETUJU karena …………
2. TIDAK SETUJU karena…..
3. SETUJU karena….
4. TIDAK SETUJU karena…….
Rabu, 20 Juli 2022
MEMBUMIKAN ILMU HADIS
A. MARI MERENUNG
Seorang ulama besar dan ahli hadis nomor wahid memiliki nama lengkap Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Bukhari (w. 256 H).
Selama kurang lebih belasan tahun dalam menjalani proses ekspedisi menimba ilmu- dan menghafal hadis Nabi Muhammad Saw, berguru kepada seribu guru dari berbagai belahan negara mulai dari Mekkah, Madinah, Mesir, Baghdad, amaskus, Asqalan, dan Naisabur. Beliau mendatangi para guru-guru yang ahli dalam bidang ilmu hadis dan mempelajarinya secara mendalam dan konsisten.
Kehebatan hafalan beliau dan analisis terhadap sanad dan matan hadis telah diakui oleh banyak ulama. Suatu ketika, para ulama kota Baghdad mendengar berita bahwa seorang tokoh yang dimaksud akan mengunjungi kota Baghdad diterangkan oleh Ibn „Adi, bahwa berkumpullah sejumlah tokoh ilmuan hadis di dalam satu majelis, mereka mempersiapkan masing-masing 100 hadis dan mengacak sanad dan teks matan hadis tersebut yang selanjutnya akan dilontarkan pertanyaan tersebut kepada Abu Abdullah sebagai bahan ujian materi kekuatan hafalan hadis Nabi Saw. Masyarakat saat itu menyaksikan proses ujian Abu Abdullah di dalam majelis suci tersebut.
Satu persatu dari mereka maju dan menanyakan kepada Abu Abdullah dari 10 pertanyaan mengenai sanad dan matan hadis yang mereka miliki. Kemudian tampil penguji kedua dengan menanyakan 10 hadis yang berbeda, hingga mencapai 10 orang penguji hingga selesai. Setelah semua dewan penguji menyelesaikan pertanyaan hadis-hadisnya, lalu Imam Abu Abdullah meluruskan konten sanad dan matan hadis yang telah dilontarkan satu persatu kepada beliau sambil menoleh kepada setiap penguji.
Abu Abdullah menjawab satu persatu pertanyaannya dan membenarkan sanad dan matan hadis yang dianggapnya keliru. Setelah beliau meluruskan 100 pertanyaan hadis kepada sanad dan matan yang sebenarnya, para ulama sekaligus tim penguji dan orang-orang di sekeliling beliau mengakui dengan sebenar-benarnya bahwa Imam Abu Abdullah adalah seorang penghafal hadis Nabi Saw yang memiliki kekuatan hafalan dan analisis yang tajam. Pertanyaannya, siapakah nama yang populer yang lebih dikenal di kalangan perawi hadis dari sebutan Abu Abdullah tersebut? Apa nama karya monumental beliau dalam ilmu hadis yang saat ini menjadi rujukan utama di dunia Muslim? Dimanakah beliau wafat dan dikuburkan?
B. MARI MENGAMATI
Perhatikan ilustrasi gambar di bawah ini dan carilah pokok pikiran utamanya :
Rasulullah Saw. menjadi pendorong utama bagi manusia untuk menimba ilmu pengetahuan dengan cara mengembangkan sarana ilmu teknologi dan informasi. Kini, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan yang akan terus berkembang dan akan bermanfaat bagi manusia. Pentingnya membumikan ilmu hadis di era ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi adalah suatu kewajiban utama bagi umat Muslim khususnya di Indonesia. Keseimbangan dalam mengelola kepentingan yang bersifat duniawi dan ukhrawi mutlak diperlukan agar tidak terseret oleh arus dan pesatnya media dan IPTEK. Dari sini titik letak hubungan antara agama Islam yang bersumber dari al-Qur‟an dan sunnah dengan ilmu pengetahuan.
#KERJAKAN SOAL DIBAWAH INI:
Note: Soal ditulis dan dikerjakan di BUKU TULIS,
1. Apakah pengertian dari ilmu hadis?
2. Sebutkan manfaat dari mempelajari disiplin ilmu hadis?
3. Apa saja cabang-cabang ilmu hadis?
4. Sebutkan nama-nama pengarang kitab hadis?
5. Jelaskan pengertian dan maksud dari membumikan ilmu hadis?
Senin, 18 Juli 2022
HADIS SAHIH
1. Pengertian hadis ṣaḥīḥ
Kata ṣaḥīḥ secara bahasa diartikan sehat, merupakan lawan dari saqim (sakit atau lemah). Yang dimaksud hadis ṣaḥīḥ adalah hadis yang sehat dan benar tanpa adanya penyakit dan cacat. Ulama berbeda pendapat mengenai pengertian Hadis ṣaḥīḥ, namun secara umum pendapat mereka tidak memiliki perbedaan yang siginifikan. Di antara pendapat para ulama tentang definisi hadis ṣaḥīḥ adalah sebagai berikut:
“Hadis yang sanadnya bersambung (tanpa putus), diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan sempurna ingatannya dari periwayat yang memiliki kualitas sepadan, tidak syaż dan tidak ada „illat yang dapat mencederainya.
”Imam Nawawi dalam kitab Tadrib Ar-Rowy mendefinisikan lebih ringkas, yaitu:
“Hadis yang sanadnya bersambung melalui orang-orang yang adil dan sempurna ingatannya, tidak syaż dan tidak ada „ilat.
2. Syarat-Syarat Hadis Ṣaḥīḥ
Berdasarkan definisi hadis ṣaḥīḥ di atas, dapat dipahami bahwa syarat-syarat hadis ṣaḥīḥ adalah sebagai berikut:
a. Sanadnya Muttaṣil
Maksudnya adalah semua periwayat isi hadis tersebut benar-benar mengambil hadis secara langsung dari periwayat sebelumnnya, kemudian periwayat sebelumnnya dari periwayat sebelumnya lagi hingga akhir sanad. Untuk memastikan sebuah hadis diterima langsung oleh periwayat dari gurunya, Imam Muslim mensyaratkan keduanya harus hidup satu generasi dan memungkinkan saling bertemu. Sedangkan Imam Bukhari mensyaratkan keduanya harus benar-benar pernah bertemu. Oleh karenanya, kitab Shahih Bukhari dianggap lebih utama karena syaratnya lebih ketat.
b. Periwayatnya Adil
Adil adalah sebuah watak yang menjadikan seseorang selalu bertakwa dan menjaga harga diri. Orang adil adalah seorang muslim, berakal sehat, tidak fāsiq dan tidak jelek prilakunya (menjaga murūah).
Dalam menilai keadilan seorang periwayat, cukup dilakukan dengan salah satu metode berikut:
1) Keterangan seseorang atau beberapa ulama ahli ta‟dīl bahwa periwayat itu bersifat adil.
2) Khusus mengenai periwayat hadis pada tingkat sahabat, mayoritas ulama sepakat bahwa seluruh sahabat adalah adil.
c. Periwayatnya Ḍābiṭ
Maksudnya masing-masing periwayatnya memiliki daya ingat sempurna ketika menerima hadis, kemudian menjaga isi hadis tersebut baik melalui hafalannya Dābiṭ shadran) atau tulisannya ( ābiṭ kitaban). Artinya, kapan pun hadis tersebut dibutuhkan, dia dapat menunjukkan dengan cepat, baik melalui hafalan atau tulisannya, dengan tanpa adanya perubahan dari saat menerima hadis pertama kali.
Adapun sifat-sifat ke ābiṭan periwayat, menurut para ulama, dapat diketahui melalui:
1) Kesaksian para ulama.
2) Berdasarkan kesesuaian riwayatannya dengan riwayat orang lain yang telah dikenal ke dābiṭannya.
d. Tidak Syaż
Maksudnya ialah isi hadis (matan hadis) itu benar-benar tidak syaż. Dalam arti tidak bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh orang yang lebih ṡiqah.
e. Tidak terdapat ‟illat
Maksudnya tidak ada sebab yang samar yang dapat menurunkan derajat keṣaḥīḥ-an hadis. „Illat hadis dapat terjadi pada sanad, matan, atau keduanya sekaligus. Namun demikian, „illat yang paling banyak terjadi adalah pada sanad, seperti menyebutkan muttaṣil terhadap hadis yang munqati‟ atau mursal.
3. Kedudukan Hadis Ṣaḥīḥ
Hadis ṣaḥīḥ sebagai sumber ajaran Islam lebih tinggi kedudukannya dari hadis ḥasan. Karena itu apabila hadis ṣaḥīḥ bertentangan dengan hadis ḥasan, maka didahulikan hadis ṣaḥīḥ.
Semua ulama sepakat menerima hadis ṣaḥīḥ sebagai sumber ajaran Islam atau hujjah yang dapat digunakan untuk menentukan masalah akidah, hukum dan akhlak. Hukum-hukum yang berdasarkan hadis ṣaḥīḥ harus diamalkan.
Tidak semua hadis ṣaḥīḥ dapat diriwatkan secara umum. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibnu Mas‟ud Ra. “Tidaklah kamu menyampaikan sebuah hadis pada kaum yang akal mereka tidak mampu memahaminya melainkan akan menjdi fitnah baginya”
4. Klasifikasi Hadis Ṣaḥīḥ
a. Hadis ṣaḥīḥ li żātihi
Hadis ṣaḥīḥ li żātihi adalah hadis yang memenuhi lima syarat keshahihan sebuah hadis sebagaimana yang terhimpun dalam definisi hadis sahih dan contoh di atas.
b. Hadis ṣaḥīḥ li gairihi
Hadis ṣaḥīḥ li gairihi adalah hadis hadis hasan yang naik derajatnya karena ada jalur periwayatan lain yang lebih kuat. Jalur periwayatan yang lebih kuat yang menyebabkan naiknya derajat hadis hasan menjadi ṣaḥīḥ li gairihi dikenal dengan istilah syahid atau muttabi
Dari uraian tersebut, hadis ṣaḥīḥ li gairihi didefinisikan sebagai berikut:
Hadis yang keadaan rawi-rawinya kurang Hafizh dan dhabit tetapi mereka masih terkenal sebagai orang yang jujur maka derajatnya adalah ḥasan. Lalu didapati pada hadis tersebut jalan (sanad) lain yang serupa atau lebih kuat, dan hal tersebut dapat menutupi kekurangan yang ada pada hadis hasan tersebut.
Suatu Hadis ḥasan jika memiliki padanan hadis dengan sanad yang berbeda yang bisa menguatkannya, maka derajatnya naik menjadi hadis ṣaḥīḥ ligairihi. Urutan derajat hadis ṣaḥīḥ ligairihi adalah di bawah ṣaḥīḥ liżātihi dan di atas ḥasan liżātihi.
5. Tingkatan Derajat Hadis Ṣaḥīḥ
Kesahihan ditentukan oleh keadaan para rawinya (adil dan ābiṭ), ketersambungan sanad-sanadnya, selamat dari kecacatan (illat) dan kejanggalan (syaż).
Terdapat tingkatan atau martabat hadis sahih yang disebabkan oleh kualitas dan kapasitas sanad dan rawinya. Tingkatan hadis sahih, antara lain:
a. Hadis Muttafaq Alaih
Adalah hadis yang sanadnya disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Artinya Imam Bukhari meriwayatkan hadis melalui sanad yang sama dengan sanad hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
b. Hadis Riwayat Bukhari sendirian
c. Hadis Riwayat Muslim sendirian
d. Hadis yang sanadnya memenuhi syarat ṣaḥīḥ Bukhari dan ṣaḥīḥ Muslim.
Adalah hadis yang tidak diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim tetapi diriwayatkan oleh Imam lain. Adapun rijāl sanadnya termasuk rijāl sanad yang dikategorikan ṡiqah oleh Imam Bukhari dan Muslim.
e. Hadis yang sanadnya memenuhi syarat hadis ṣaḥīḥ menurut imam Bukhari, namun Bukhari tidak meriwayatkannya dalam kitab ṣaḥīḥ-nya.
f. Hadis yang sanadnya memenuhi syarat hadis ṣaḥīḥ menurut imam Muslim, namun Imam Muslim tidak meriwayatkannya dalam kitab ṣaḥīḥ-nya.
g. Hadis yang sanadnya ṣaḥīḥ menurut selain Imam Bukhari dan Muslim
seperti; ṣaḥīḥ menurut Ibnu Hibban, ṣaḥīḥ menurut Ibnu Huzaimah, ṣaḥīḥ menurut Ibnu Majah, ṣaḥīḥ menurut Imam al-Hakim, dan lain-lain tapi tidak ṣaḥīḥ menurut Bukhari dan Muslim.
###
SOAL :
Setelah membaca materi, buatlah peta konsep materi " HADIS SAHIH"
*Soal ditulis di buku tulis*