Perang Badar terjadi pada tanggal 13
Maret 624 M, atau hari ke-17 Ramadan tahun 2 hijriah. Jadi, perang Badar
berlangsung tepat pada tanggal 17 Ramadhan. Dikutip dari NU Online, perang
badar juga terjadi pada tahun pertama umat Islam diwajibkan puasa pada bulan
Ramadhan. Perang Badar sebenarnya merupakan penyergapan pada kafilah pimpinan
Abu Sufyan yang pulang dari ekspedisi dagang dari Suriah. Penyergapan tersebut
penting karena menjadi simbol politis dari pengaruh Islam di tanah Arab. Dalam
bukunya, Muhammad: Prophet for Our Time (2006), Karen Amstrong menulis bahwa
Abu Sufyan kemudian mendengar kabar, kaum muslimin bermaksud menyerang
kafilahnya.
Karena itu, Abu Sufyan mengambil rute berbeda, bertolak
menjauhi jalur pantai Laut Merah dan mengirim utusan untuk berangkat duluan ke
Makkah demi meminta bantuan. Mendengar bahwa umat Islam akan menyerang kafilah
Abu Sufyan, kaum Quraisy Makkah menjadi berang. Rencana penyergapan oleh
pasukan muslim Madinah itu dinilai menodai kehormatan kaum Quraisy.
Maka itu, kabilah-kabilah di Makkah segera
memasok bala tentara dengan jumlah total 1000 orang guna menghadapi pasukan
Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Di antara pasukan Quraisy itu, bahkan
terdapat kerabat Rasulullah SAW dari kabilah bani Hasyim, seperti paman nabi,
Abbas bin Abdul Muthallib, Hakim (sepupu Khadijah), dan sebagainya. Pertempuran
besar dalam perang Badar sebenarnya di luar perkiraan umat Islam. Sejak awal,
Nabi Muhammad SAW merencanakan pengerahan pasukan muslim buat penyergapan biasa,
bukan demi perang besar. Karena itulah, pasukan Islam saat itu tidak banyak,
hanya 313 orang.
Tariq Ramadan dalam buku Footsteps of the Prophet: Lessons
from the Life of Muhammad (2014) menuliskan ketika kedua pasukan berkemah di
Badar, tampak sekali perbedaan kekuatan antara tentara Quraisy dan pasukan
muslim. Ketika melihat besarnya tentara Makkah berserta banyaknya persenjataan,
zirah, tombak, pedang, dan alat-alat tempur yang lengkap, Nabi Muhammad SAW
sempat menangis dan lalu bermunajat, dengan membaca doa: “Ya Allah, jikalau
rombongan yang bersamaku ini ditakdirkan untuk binasa, takkan ada seorang pun
setelah aku yang akan menyembah-Mu; semua orang beriman akan meninggalkan agama
nan sejati.” Setelah itu, Nabi Muhammad SAW merancang strategi perlawanan.
Beliau menjejerkan tentaranya dalam formasi rapat, sekaligus memerintahkan agar
sumur-sumur segera dikuasai guna memutus pasokan air ke pasukan Quraisy.
Strategi lainnya adalah mengawali perang dengan pertempuran
jarak jauh. Ketika pasukan Quraisy bertolak untuk menyerang, pasukan Islam
tidak segera menyambutnya dengan duel fisik langsung, melainkan lebih dahulu
menembakkan anak-anak panah dari kejauhan. Setelah itu, baru mereka menghunus
pedang dan bertempur satu lawan satu. Dengan strategi yang rapi dan penuh
perhitungan, setelah tengah hari, 50 pemimpin suku Quraisy tewas, termasuk Abu
Jahal. Sementara sisanya banyak yang kabur. Di sisi lain, korban dari kubu
pasukan muslim hanya 14 orang. Di akhir perang Badar, selain berhasil memukul
mundur 1000 tentara dari Quraisy, pasukan muslim pun mengambil rampasan 600
pesenjataan lengkap, 700 unta, 300 kuda, serta peniagaan kafilah Abu Sufyan. Pertempuran
Badar diriwayatkan tidak berlangsung lama. Diperkirakan hanya butuh waktu
sekitar dua jam bagi pasukan muslim untuk memporak-porandakan pertahanan bala
tentara Quraisy
https://tirto.id/gdTx.
Dari peristiwa
perang badar, kita dapat mempelajari banyak hal. Jika kita menilai dari segi
jumlah pasukan, maka pasukan Islamlah yang akan kalah, 313 VS 1000 tentara,belum
lagi pasukan unta 700, pasukan kuda sebanyak 300, jika dipikir secara logika maka pasukan Islam
tidak akanlah mungkin menyerang pasukan sejumlah 1000 orang. Namun berkat kuasa
Allah S.w.t, paukan Islam memenangkan perang tersebut.
Mari kita kupas satu – persatu bagaimana Nabi Muhammad S.a.w dan umat Islam memenangkan
peperangan tersebut.
Dalam kemenangan
umat Islam dalam perang badar, selain atas izin Allah S.w.t, Nabi Muhammad
S.a.w juga menerapkan strategi yang sangat jitu.
Dalam perang ini, tentara Muslim dipimpin langsung oleh Nabi
Muhammad SAW, sedangkan orang-orang kafir Quraisy dipimpin oleh Abu Jahal.
Taktik perang kaum Muslim sendiri memanfaatkan geografi wilayah Badar. Rasul
Allah, sebagai pemimpin tentara Muslim, memilih tempat yang paling dekat dengan
mata air. Tempat ini dipilih langsung atas saran Nabi dan atas saran para
sahabat Habab, sebagai salah satu taktik perang. Tentunya memilih lokasi yang
dekat dengan mata air memudahkan umat Islam kehabisan cadangan air sewaktu-waktu.
Sementara itu, kaum pagan Quraisy akan kehabisan persediaan makanan, yang
menyebabkan kelaparan.
Selama perang, Rasulullah menangis karena melihat
tentara Quraisy bersenjata lengkap dan kemudian berdoa kepada Allah. Usai
salat, Rasulullah mengumpulkan semua pasukan. Strategi yang paling efektif
adalah dengan mengontrol sumur dan memutus suplai air Sungai Quraisy. Perang
tidak selalu terjadi dalam jarak dekat. Rasul Allah memerintahkan pasukannya
untuk berperang dari jauh. Ketika orang-orang kafir Quraisy mulai menyerang,
tentara Muslim tidak langsung terlibat dalam pertempuran tangan kosong melawan
mereka.
Mereka menggunakan taktik memanah dan kemudian
langsung melawan pedang yang terhunus. Setelah setengah hari, 50 pemimpin musuh
(kafir Quraisy) terbunuh, termasuk pemimpinnya (Abu Jahal). Banyak pasukan
pagan Quraisy melarikan diri. Dari pihak Muslim, hanya 14 orang yang tewas.
Atas kecerdikan dari taktik perang Rasulullah, kaum Muslimin berhasil
memenangkan perang yang terjadi pada bulan Ramadhan serta mendapatkan harta
rampasan perang sebanyak 600 persenjataan lengkap, 300 ekor kuda, dan 700 ekor
unta, serta perniagaan milik Abu Sufyan. Bagi umat Muslim, perang Badar
merupakan salah satu bagian dari peristiwa besar di bulan Ramadhan. Dengan
pertolongan Allah, kaum muslimin berhasil memenangkan perang walaupun kalah
dalam jumlah pasukan. Untuk itu Allah memberi nama Perang Badar dengan sebutan
Yaum Al – Furqon atau hari pembeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar