Selasa, 20 Mei 2014

MAKALAH MOTIVASI



I.                   PENDAHULUAN
Motivasi adalah suatu dorongan terhadap diri kita agar kita melakukan sesuatu hal. Dorongan yang kita dapat itu bisa bersumber dari mana saja, entah itu dari diri kita sendiri atu pun dari hal atau orang lain. Dorongan yang kita sebut motivasi itu juga yang menjadi suatu sumber tenaga dalam kita mengerjakan suatu hal agar kita mencapai suatu tujuan yang kita inginkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia supaya mau bekerja sama secara giat sehingga mencapai hasil yang optimal. Suatu perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mampu mencapai tujuannya, karena didasari oleh motivasi.
II.                RUMUSAN MASLAH
A.    Apa pengertian motivasi?
B.     Apa saja teori – teori dalam motivasi?
C.     Apa saja jenis – jenis motivasi?
D.    Bagaimana peranan motivasi dalam belajar dan pembelajaran?
E.     Bagaimana hubungan antara motivasi dengan semangat kerja?
III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Motivasi

            Motivasi berasal dari kata-kata ‘movere’ yang berarti dorongan. Dalam bahasa inggris biasa disebut dengan ‘motivation’. Motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha menimbulkan dorongan ( motif ) pada individu ( kelompok ) agar bertindak.
            Pendapat yang lain mengatakan bahwa motivasi adalah kehendak atau dorongan untuk melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dirasakan. Motivasi juga bisa diartikan sebagai proses yang menyebabkan tingkah laku seseorang menjadi bergairah, terarah, dan tidak mudah putus asa.[1]
            Motivasi sendiri ialah keinginan untuk berbuat sesuatu. Motivasi juga merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan atau sesuatu yang menjadi dasar atau alasan seseorang berperilaku. Sedangkan motivasi kerja dapat diartikan sebagai keinginan atau kebutuhan yang melatarbelakangi seseorang sehingga ia terdorong untuk bekerja. Motivasi kerja juga merupakan dorongan untuk melakukan dan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan cepat dan bersemangat.[2]
            Motivasi seseorang ditentukan oleh intensitas motifnya. Motivasi bisa berasal dari dalam diri maupun luar diri seseorang. Dalam memotivasi bawahannya, manajer atau leader berhadapan dengan hal yang mempengaruhi orang dalm pekerjaan, yaitu kemauan dan kemampuan. Kemauan dapat diatasi dengan pemberian motivasi, sedangkan kemampuan dapat diatasi dengan mengadakan diktat. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa kinerja manusia yang tampak dipengaruhi oleh fungsi motivasi dan kemampuannya.[3]
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan sekolah / lembaga. Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.
B.     Teori – Teori Motivasi
1.      Teori Herzberg
Federick Herzberg (1950), seorang Profesor Ilmu Jiwa pada Universitas di Cleveland, Ohio, mengemukakan Teori Motivasi Dua Faktor atau Herzberg’s Two Factors Motivation Theory atau sering juga disebut Teori Motivasi Kesehatan (Faktor Higienis). Herzberg mengumpulkan data mengenai sikap kerja karyawan di ratusan perusahaan. Dari riset itu, ia menarik kesimpulan bahwa individu mempunyai dua kategori kebutuhan yang mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan dalam pekerjaan. Faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan kerja berbeda dan terpisah dari faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja.
Pertama kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan atau maintenance factor. Maintenance factor (faktor pemeliharaan) berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman dan kesehatan badaniah.Kebutuhan kesehatan merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Misalnya orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi, lalu makan, dan seterusnya.
Faktor-faktor pemeliharaan meliputi balas jasa, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, suvervisi yang menyenangkan, mobil dinas, rumah dinas, dan macam-macam tunjangan lain. Hilangnya faktor pemeliharaan dapat menyebabkan timbulnya ketidak puasan (dissatisfiers) dan tingkat absensi serta turnover karyawan akan meningkat. Faktor-faktor pemeliharaan perlu mendapat perhatian yang wajar dari pimpinan agar kepuasan dan kegairahan bekerja bawahan dapat ditingkatkan.
Kedua faktor pemeliharaan yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang. Kebutuhan ini meliputi serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan kerja (job content) yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan menggerakan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik. Jika ingin memotivasi orang pada pekerjaannya, Herzberg menyarankan untuk menekankan pada pada hal-hal yang berhubungan langsung dengan kerja itu sendiri atau hasil langsung yang diakibatkannya, misalnya: peluang promosi, pertumbuhan personal, pengakuan , tanggung jawab, dan prestasi. Pemuasan ketegori pertama hanya berguna untuk mencegah ketidakpuasan kerja dan tidak dapat dipakai untuk menciptakan kepuasan kerja. Bagi Herzberg, ketiadaan ketidakpuasan kerja belumtentu berarti ada kepuasan kerja.
Menurut Herzberg cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah dengan memasukkan unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan dalam perkerjaan mereka. Penerapannya dengan pengayaan pekerjaan (job enrichement) yaitu suatu teknik untuk memotivasi karyawan yang melibatkan upaya pembentukan kelompok-kelompok kerja natural, pengkombinasian tugas-tugas, pembinaan hubungan dengan klien, pembebanan vertikal dan pembukaan saluran balikan. Teknik ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tingkat tinggi karyawan. Pengayaan pekerjaan ini merupakan upaya menciptakan motivator seperti kesempatan untuk berhasil dalam pekerjaan dengan membuat pekerjaan lebih menarik dan lebih menantang. Hal ini sering dapat dilakukan dengan memberikan otonomi yang lebih besar kepada karyawan dan memberikan kesempatan lebih banyak kepada karyawan untuk terlibat dalam perencanaan dan pengawasan yang biasanya dilakukan oleh supervisor.
Menurut hasil penelitian Herzberg ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan yaitu :
a. Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua itu.
b. Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang bersifat embel-embel saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain-lain sejenisnya.
c. Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.
Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1)                  Kebutuhan Fisiologis
2)                  Kebutuhan Keamanan
3)                  Kebutuhan Sosial
4)                  Kebutuhan Pengakuan
5)                  Kebutuhan Aktualisasi Diri
Dalam teori ini saya mengambil daerah ibukota yaitu DKI Jakarta. Di Jakarta terbagi 5 wilayah, yaitu : Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan.
1.      Kebutuhan Fisiologis
Yaitu kebutuhan seperti makan, minum, tempat tinggal, dll. Merupakan kebutuhan yang dianggap sebagai titik awal kebutuhan manusia yang sering juga disebut sebagai tuntutan fisik. Dalam kebutuhan ini di daerah DKI Jakarta mungkin sudah tercapai karna dengan bantuan pemerintah yang mengadakan program Beras Miskin (RASKIN) kepada orang-orang yang kurang mampu. Dalam program tersebut pemerintah menggunakan produk beras BULOK (Buatan Lokal) yang harganya cukup murah untuk di konsumen kepada masyarakat di DKI Jakarta yang kurang mampu. Produk dalam kebutuhan fisiologis ini adalah bahan konsumsi pokok. Oleh sebab itu masyarakat di daerah DKI Jakarta kebutuhan fisiologis nya sudah hampir tercapai.
2.      Kebutuhan Keamanan
Ketika kebutuhan fisiologis sudah terpuaskan, maka akan timbul suatu bidang kebutuhan yang secara garis besar dinyatakan sebagai kebutuhan akan keamanan. Di Jakarta sendiri kebutuhan ini dibilang masih kurang karna masih banyak kriminalitas yang masih sering membahayakan, sehingga banyak orang-orang di Jakarta menggunakan jasa security (satpam). Jasa-jasa security sekarang banyak yang bermunculan akibat banyak nya permintaan. Jasa security ini biasanya digunakan di perkantoran, mall, rumah sakit, perumahan, dan tempat-tempat yang membutuhkannya. Jasa security banyak di gunakan di Jakarta pusat dan selatan karna di sana banyak perkantoran, mall dan perumahan. Selain jasa security dalam kebutuhan keamanan juga membutuhkan jasa lain seperti : alarm perumahan, asuransi (kesehatan, jiwa, pendidikan), dan sekolah.
2.      Kebutuhan Sosial
Ketika kebutuhan fisiologis dan keamanan sudah terpenuhi, maka akan timbul kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan kebersamaan. Kebutuhan ini di Jakarta sudah cukup maju sebab dengan perkembangan teknologi yang amat baik di Jakarta itu sendiri memudahkan masyarakat memperluas jaringan social antara manusia lain contonya internet. Dengan menggunakan internet manusia bisa bersosialisasi dan menumbuhkan rasa kebersamaan. Contohnya situs biro jodoh yang mempertemukan seseorang dan membantu mencari cinta. Di Jakarta sendiri banyak wilayah yang menggunakan wifi untuk para masyarakat bisa menggunakan internet secara gratis. Contoh produk kebutuhan social : biro jodoh, club, tempat rekreasi keluarga, chat line, dsb
4.      Kebutuhan Pengakuan
Umumnya orang akan menginginkan kehidupan yang stabil dan kokoh, punya penilaian diri yang tinggi, harga diri, dan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu pertama adalah keinginan akan kemampuan, prestasi, penghasilan cukup, kenyamanan hidup, kebebasan dan berhak menentukan pilihan sendiri. Kedua adalah keinginan akan reputasi dan prestise, pengakuan, perhatian dari orang lain, dan penghargaan. Di Jakarta sendiri contohnya para anggota DPR, mereka mempunyai jabatan yang bagus, dihargai oleh masyarakat dan mempunyai kemampuan prestasi yang bagus untuk mengajak masyarakat untuk memilih beliau. Selain memiliki reputasi yang bagus Para DPR juga mendapat tunjangan rumah mewah, mobil mewah dan lain-lain. Contoh produk kebutuhan pengakuan : fashion, mobil mewah, rumah mewah, kosmetik, furniture, sekolah, dsb
6)      Kebutuhan Aktualisasi Diri
            Setelah semua kebutuhan terpenuhi dan berada pada posisi nyaman, berkecukupan dan bekerja sesuai dengan keinginannya maka pada diri seseorang akan muncul kebutuhan akan aktualisasi diri. Dalam kebutuhan ini membuat kepuasan tersendiri kepada diri kita sendiri. Contohnya para pengusaha di Jakarta, mereka bekerja dengan suka cita untuk mendapatkan keuntungan yang berlimpah sehingga mereka akan mendapatkan kepuasan tersendiri dari

4. Teori X dan Teori Y. Mc. Grego
Douglas Mc. Gregor adalah seorang psikolog sosial Amerika yang memimpin suatu varietas proyek riset dalam hal motivasi dn tingkah laku umum dari para anggota organisasi. Mc. Gregor adalah seorang guru besar manajemen pada lembaga teknik massachusetts (massachusetts institute of technology). Mc. Gregor  terkenal dengan teori X dan teori Y-nya, dalam bukunya The Human Side of Enterprise (Segi Manusiawi Perusahaan). Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X (teori tradisional) dan manusia penganut teori Y (teori demokratik).
Teori X
1.      Rata-rata karyawan malas dan tidak suka bekerja.
2.      Umumnya karyawan tidak berambisi mencapai prestasi yang optimal dan selalu menghindarkan tanggung jawabnya dengan cara mengkambinghitamkan orang lain.
3.      Karywan lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam melakukan pekerjaannya.
4.      Karyawan lebih mementingkan diri sendiri dan tidak mempeduikan tujuan organisasi.
Menurut teori X ini untuk memotivasi karyawan harus dilakukan dengan cara pengawasan yang ketat, dipaksa, dan diarahkan supaya mereka mau bekerja sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterpakan adalah cenderung kepada motivasi negatif yakni dengan menerapkan hukuman yang tegas.
Tipe kepemimpinan teori X adalah otoriter sedangkan gaya kepemimpinannya berorientasi pada prestasi kerja.
Teori Y
1.      Rata-rata karyawan rajin dan menganggap sesungguhnya bekerja sama wajarnya dengan bermain-main dan beristirahat. Pekerjaan tidak perlu dihindari dan dipaksakan, bahkan banyak karyawan tidak betah dan merasa kesal jika tidak bekerja.
2.      Lazimnya karyawan dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk maju dengan mencapai prestasi kerja yang optimal.
Mereka kreatif dan inovatif mengembangkan dirinya untuk memecahkan persoalan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan pada pundaknya. Jadi, mereka selalu berusaha mendapatkan metode kerja yang terbaik.
3.      Karyawan selalu berusaha mencapai sasran organisasi dan mengembangkan dirinya untuk mencapai sasaran itu. Organisasi seharusnya memungkinkan karyawan mewujudkan potensinya sendiri dengan memberikan sumbangan pada tercapainya sasaran perusahaan.
Menurut teori Y ini untuk memotivasi karyawan hendaknya dilakukan dengan cara peningkatan partisipasi karyawan, kerja sama, dan keterikatan pada keputusan. Tegasnya, dedikasi dan partisipasi akan lebih menjamin tercapainya sasaran. Mc. Gregor memandang suatu organisasi efektif sebagai organisasi apabila menggantikan pengawasan dan pengarahan dengan integrasi dan kerja sama serta karyawan ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
C. Jenis – Jenis Motivasi
            Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif.
1.      Motivasi positif
Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi diatas prestasi standar. Denagn motivasi positif, semangat kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang baik – baik.[4]
2.      Motivasi negatif
Motivasi negatif, maksudnya manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapat hukuman. Dengan motivasi negatif ini, semangat kerja bawahan dalam jangka waktu pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untu jangka panjang dapat berakibat kurang baik.
Dalam praktek, kedua motivasi diatas sering digunakan oleh suatu perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang supaya dapat meningkatkan semangat kerja karyawan.
D. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan
perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat menjadikan penguat belajar,(b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ketekunan belajar.
1.      Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, seorang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu anak berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika nerupakan peranan motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.
Peristiwa di atas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat mejadi penguat belajar untuk seseorang, apabila dia sedang benar benar mempunyai motivasi untuk belajar sesuatu. Dengan perkataan lain, motivasi dapat menentukan hal-hal apa  di lingkungan anak yang dapat memperkuata perbuatan beajar. Untuk seorang guru perlu memahami suasana itu, agar dia dapat membantu siswanya alam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada dalam lingkunga siswa sebagai bahan penguat belajar. Hal itu tidak cukup dengan memberitahukan sumber-sumber yang harus dipelajari, meainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apapun  yang berada paling dekat dengansiswa di lingkungannya
2.      Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau di nikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan temotivasi belajar lektronik karena tujuan belajar elektronik itu dapat melahirkan kemampua anak dalam bidang elektronik. Dalamsuatu kesempatan misalnya anak tersebut diminta membetulkan radio yang rusak, danberkat pengalaman nya di bidang elektronik, maka radio tersbut menjadi baik setelah diperbaikinya. Dari pengalaman itu, anak makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena sedikit anak sudah mengetahui makna dari belajar itu.
3.      Motivasi menentukan ketekunan belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mepelajarnya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Sebaliknya apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.
E.     Hubungan antara motivasi dengan semangat kerja
            Lazaruth mengatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja seseorang dalam berorganisasi adalah perasaan puas, karena mereka merasa kesejahteraan material dan spiritualnya terpenuhi. Dengan diperolehnya kepuasan dalam memenuhi kegiatan dan cita – cita hidupnya, para pendidik akan bekerja lebih efektif  dan penuh semangat. Oleh sebab itu, para pemimpin harus berusaha memahami keinginan – keinginan dan cita – cita hidup para pendidik atau bawahan serta berusaha memenuhinya.
            Menurut Davis dan Newtron hampir semua perilaku sadar mempunyai motivasi. Untuk mencapai tujuan organisasi, prestasi dan semangat kerja dibutuhkan motivasi, maka tugas para manager adalah mengidentifikasi dan menggerakkan motivasi pegawai agar bersemangat dan berprestasi dalam melaksanakan tugasnya.  Dalam rangka membangun semangat kerja, Davis dan Filley berpendapat bahwa dasar pembangunan semangat kerja merupakan proses pengakomodasian kepentingan – kepentingan dan hal ini mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin. Pemimpin yang baik, harus dapat menyelaraskan kebutuhan – kebutuhan kelompok guna mengembangkan nilai – nilai dan sesuatu yang menarik bagi organisasi. Pemimpin yang baik harus dapat memotivasi bawahan untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut. Dengan demikian, semangat yang baik dan tinggi disebabkan oleh daya motivasi yang diberikan pemimpin.[5]

IV.             KESIMPULAN
Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Sedangkan teori – teori dalam motivasi yaitu : Teori X dan teori Y McGregor, teori kesehatan Herzberg, teori kebutuhan Maslow, teori keberadaan, keterkaitan, dan pertumbuhan Aldefer. Dan jenis – jenis motivasi ada dua yaitu, motivasi positif dan motivasi negatif. Peranan motivasi dalam pembelajaran yaitu menentukan hal – hal yang dapat dijadikan pembelajaran, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, menentukan tekanan. Terkait hubungan antara motivasi dan semangat kerja yaitu seseorang akan semangat dalam melaksanakan tugasnya dengan baik apabila ia telah termotivasi oleh atasannya.
V.                PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat bagi penulis maupun pembaca, kami telah berusaha semaksimal mungkin mebuat makalah ini dengan segala keterbatasan kami, untuk itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk makalah yang selanjutnya.




[1] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, ( Yogyakarta : Teras , 2009 ) hlm 268
[2] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, hlm 270
[3] Husaini Usman,  Manajemen , ( Jakarta : PT Bumi Aksara , 2009 ) hlm 250
[4] Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2000), hlm. 150 
[5] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta : TERAS, 2009), hlm. 272

Jumat, 09 Mei 2014

makalah metode pendidikan islam

  PENDAHULUAN
            Semakin berkembangnya dunia dari tahun-ketahun mengakibatkan banyak perubahan dalam diri dunia Islam. Baik dari segi agama, pendidikan, politik dan seterusnya. Terutama dalam bidang pendidikan, akibat adanya sikap serba boleh dan pemenjaan dari orang tua, banyak anak-anak terjerumus pada pergaulan yang mengabaikan syari'at. Banyak kaum wanita melupakan fitrohnya sebagai seorang ibu yang berkewajiban mendidik putra-putrinya.
            Sehingga mengakibatkan dunia anak sia-sia. Pemberian andel yang cukup banyak dalam kesia-siaan trsebut adalah metode pendidikan barat yang tampaknya telah menjadi kiblat pendidikan kita. Sebenarnya Islam mempunyai metode pendidikan yang sempurna kepada umat manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan sedikit membahas tentang metode-metode pendidikan dalam Islam.
I       RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian Metode Pendidikan Islam ?
B.     Apa saja fungsi Metode Pendidikan Islam ?
C.     Apa saja asas-asas Metode Pendidikan Islam ?
D.    Bagaimana cara pendekatan Metode Pendidikan Islam ?
E.     Apa saja prinsi-prinsip Metode Pendidikan Islam ?
I        PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode Pendidikan Islam
Pengertian Metode secara etimologi, berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Menurut DR.  Ahmad Husain al-liqaniy, metode adalah : “Langkah–langkah yang diambil guru guna membantu para murid merealisasikan tujuan tertentu”. Dalam bahasa arab dikenal dengan istilah Thariqoh yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan Pendidikan maka langkah tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengartikan metode sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada peserta didik. Abd al-Aziz mengartikan metode kebiasaan berpikir, serta cinta kepada ilmu, guru, dan sekolah.[1] Jadi teknik merupakan pengejawantahan dari metode, sedangkan metode merupakan penjabaran asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi al-Islam.
Sementara itu , pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai Khalifah Allah SWT., baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama makhluk lainnya. Pendidikan yang dimaksud selalu berdasarkan kepada ajaran Al Qur'an dan Al Hadits. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam[2]
Dalam penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seseorang pendidik dapat memahami hakikat metode dalam relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT. Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk  mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantab. Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode pandidikan Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik. Di samping itu, dalam uaraian tersebut ditunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik.
Tugas utama metode pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi  melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati, dan meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan ketrampilan olah pikir.[3]
Dalam penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman dan senantiasa siap mengabdi kepada Allah SWT. Di samping itu, pendidik pun perlu memahami metode-metode instruksional yang aktual yang ditujukan dalam Al-Qur’an atau yang didedukasikan dari Al-Qur’an, dan dapat member motivasi dan disiplin atau atau dalam istilah Al-Qur’an disebut dengan pemberian anugerah (tsawab) dan hukuman (‘iqab).[4]
Apabila metode dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, metode mempunyai fungsi ganda, yaitu yang bersifat polipragmatis dan monopragmatis.[5] Polipragmatis bilamana metode menggunakan kegunaan yang serbaganda (multipurpose), misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi-kondisi tertentu dapat digunakan untuk merusak, dan pada kondisi yang lain bisa digunakan membangun dan memperbaiki. Kegunaannya dapat bergantung pada si pemakai atau pada corak, bentuk, dan kemampuan dari metode sebagai alat. Sebaliknya, monopragmatis bilamana metode mengandung implikasi bersifat konsisten, sistematis, dan kebermaknaan menurut kondis sasarannya, mengingat sasaran metode adalah manusia, sehingga pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya.
B.     Fungsi Metode Pendidikan Islam
Dalam proses pendidikan Islam pendidik tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada peserta didiknya, akan tetapi ia harus menguasai berbagai berbagai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan transformasi dan internalisasi mata pelajaran. Hal ini karena metode dan teknik pendidikan Islam tidak sama dengan metode dan teknik pendidikan lainnya.
Fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Sedangkan dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu.[6]
Dari dua pendekatan tersebut dapat dilihat pada intinya metode berfungsi mengantarkan pada suatu tujuan objek sasaran tersebut. Oleh karena itu terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu suatu prinsip agara pengajaran dapat disampaikan dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan.
Dalam Al-Qur’an sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini, metode dikenal sebagai sarana yang menyampaikan seseorang kepada tujuan penciptaannya sebagai khalifah  di muka bumi dengan melaksanakan pendekatan di mana manusia ditempatkan sebagai makhluk yang memiliki potensi rohaniah dan jasmaniah yang keduanya dapat digunakan saluran penyampaian materi pelajaran. Karenanya terdapat suatu prinsip umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pengajaran dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan, dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan. Banyaknya metode yang ditawarkan para ahli sebagaimana dijumpai dalam buku-buku kependidikan lebih merupakan usaha mempermudah atau mencari jalan paling sesuai dengan perkembangan jiwa anak dalam menerima pelajaran.
C.     Asas-asas Metode Pendidikan Islam
Asas-asas pelaksanaan metode pendidikan Islam pada dasarnya dapat diformulasikan sebagai berikut :[7]
                                                      1.       Asas Motivasi
Pendidik harus berusaha membangkitkan minat peserta didiknya sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat pada bahan pelajaran yang sedang disajikan. Asas ini dapat diupayakan melalui pengajaran dengan cara yang menarik sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, mengadakan selingan yang sehat, menggunakan alat-alat perasa yang sesuai dengan sifat materi, menghindari pengaruh yang menganggu konsentrasi peserta didik, dab juga mengadakan kompetisi sehat dengan memberikan hadiah hukuman yang bijaksana.
                                                      2.       Asas aktivitas
Dalam proses belajar mengajar pendidikan peserta didik harus diberikan kesempatan untuk mengambil bagian yang aktif, baik rohani maupun jasmani, terhadap pengajaran yang akan diberikan, secara individual maupun kolektif. Asas aktivitas dapat diupayakan dengan aktivitas jasmani berupa penelitian, eksperimen, pembuatan konstruksi model, cocok tanam, atau juga dengan aktivitas rohani berupa ketekunan dalam mengikuti pelajaran, mengamati secara cermat, berpikir untuk memecahkan masalah dan tergugah perasaannya, serta berkemauan keras untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Allah SWT, berfirman :
“ Dan bahwasanya seseorang tiada memperoleh selain apa yang telahh diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan, kemudian akan diberi balasan kepadanya degan balasan yang paling sempurna”( QS.An-Najm: 39-41).
                                                      3.       Asas Apersepsi
Apersepsi adalah gejala jiwa yang dialami jika kesan baru masuk kedalam kesadaran seseorang yang berjalin dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki disertai proses pengelolaan, sehungga menjadi kesan yang lebih luas. Asas ini bertujuan menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal oleh peserta didik.
                                                      4.       Asas Peragaan
Dalam asas ini, pendidik memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan-bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan (model-model), sehingga peserta didik dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan.
 Asas ini diupayakan melalui penggunaan brbagai macam alat peraga secara wajar, yaitu dengan memeragakan pelajaran dengan percobaan, bulletin board, poster serta menyelanggarakan karyawisata dan mengadakan sandiwara, pantonim, dan drama. Nabi SAW sering memeragakan sewaktu mengajarkan materi pada umat-umatnya, seperti yang dikenal dengan “sunnah fi’liyah”. Dan dalam pepatah Arab dikatakan : “Tindakan itu lebih baik dari ucapan”. Seperti sabda Nabi SAW :
صَÙ„ُّÙˆْا ÙƒَÙ…َا رَØ£َÙŠْتُÙ…ُÙˆْ Ù†ِÙ‰ Ø£ُصَÙ„ِّÙ‰
“Sahalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”(HR. Al-Bukhari)
                                                      5.       Asas Ulangan
Asas yang merupakan usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan, ketrampilan, serta sikap setelah mengikuti pengajaran sebelumnya. Hal ini karena penguasaan pengetahuan mudah terlupakan oleh peserta didik apabila dialami hanya sekali atau diingat setengah-setengah. Oleh karena itu, pengetahuan yang sering diulang-ulang menjadi pengetahuan yang  berkesan dalam ingatan dan dapat difungsikan dengan baik. Asas ini dapat melalui okasional, yaitu diberikan secara teratur, kontinu, dan  terencana.
Oleh karena itu, Allah SWT sering mengingatkan agar manusia selalu mengulangi ibadah tanpa ada akhirnya sehingga mendatangkan suatu kebenaran. Firman-Nya :
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini” (QS. Al-Hijr : 99)
“Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (QS. Al-Baqarah : 132).
                                                      6.       Asas Korelasi
Proses belajar mengajar secar menyelurh yang mencakup berbagai dimensi yang kompleks dan saling berhubungan. Oleh sebab itu, dalam setiap pengajaran pendidik harus menghubungkan suatu bahann pelajaran dengan pelajaran yang lain, sehingga membentuk mata rantai yang erat. Asas korelasi akan menimbulkan asosiasi dan arsepsi dalam kesadaran dan sekaligus membangkitkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran.
Firman Allah SWT yang menganjurkan untuk mengorelasikan sesuatu pada sesuatu yang lain, misalnya :
“Maka tidaklah mereka bepergian dimuka bumi lalu melihat bagaiman kesudahan orang-orang sebelum mereka, dan sesungguhnya kamoung akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, maka tidaklah kamii memikirkannya”. (QS. Yusuf : 109)
                                                      7.       Asas Konsentrasi
Asas yang memfokuskan pada suatu pokok masalh tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta memerhatikan peserta didik dalam segala aspeknya. Asas ini dapat diupayakan dengan memberikan masalah yang menarik seperti masalah yang baru muncul.
Firman Allah SWT :
“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjankanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (QS. An-Inshirah : 7)
                                                      8.       Asas Individu
Asas yang memerhatikan perbedan-perbedaan individu, baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi seluruh pribadi peserta didik. Aplikasi asas ini adalah pendidik dapat mempelajari pribadi setiap peserta didik, terutama tentang kepandaian, kelebihan, kekurangan, dan memberi tugas sebatas dengan kemampuannya.
Firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan oleh Allah kepada sebagian kamu yang lebih banyakdari sebagian yang lain.” (QS. An-Nisa’: 32)
                                                      9.       Asas Sosialisasi
Asas yang memerhatikan penciptaan suasana sosial yang dapat membangkitkan semangat kerja sama antara peserta didik dengan pendidik atau sesame peserta didik dan masyarakat sekitarnya. Dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna, seperti mengadakan karyawisata. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda :
“Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang paling banyak manfaatnya terhadap manusia lain.”(Al-Hadis)
                                                    10.     Asas Evaluasi
Asas yang memerhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai feedback pendidik dalam memperbaiki cara mengajar. Asas evaluasi tidak hanya diperuntukan bagi peserta didik, akan tetapi juga bagi pendidik, yaitu sejauh mana keberhasilannya dalam menunaikan tugasnya.
                                                    11.     Asas Kebebasan
Asas yang memberikan keluasaan keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacau pada hal-hal yang positif. Asas ini menyarankan membuat keputusan-keputusan tentang tindakan seseorang didasarkan pada ukuran kebajikan, dan mampu membuat pilihan berdasarkan nilai-nilai pribadi, serta adanya pengarahan diri sehingga sistem control diri berkembang.
                                                    12.     Asas Lingkungan
Asas yang menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan. Walaupun peserta didik lahir dengan berbekal pembawaan yang masih bersifat umum. Sehingga pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang tidak bersatu, akan tetapi saling membutuhkan mengingat pembawaan itu.
                                                    13.     Asas Globalisasi
Asas sebagai akibat pengaruh psikologi totalitas, yaitu bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, sosial, dan sebagainya.
                                                    14.     Asas Pusat-pusat Minat
Asas yang memerhatikan kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu berharga apabila sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan asas pusat-pusat minat dalam Islam dengan ruang lingkupnya terdiri atas bahan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia terhadap alam semesta.
                                                    15.     Asas Keteladanan
Pada fase-fase tertentu, memiliki kecenderungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang sekitarnya. Misalnya kisah Qabil dalam mengebumikan Habil (adik yang telah dibunuhnya) meniru contoh yang diberikan oleh burung gagak dalam mengubur gagak yang lain, dimana penguburan gagak tersebut merupakan ilham dari Allah SWT.
                                                    16.     Asas Pembiasaan
Asas yang memerhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan peserta didik. Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. Upaya pembiasaan sendiri dilakukan mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah.
D.    Pendekatan Metode Pendidikan Islam
Perwujudan strategi pendidikan Islam dapat dikonfigurasikan dalam bentuk metode pendidikan yang lebih luasnya mencakup pendekatan (approach)-nya. Pendekatan-pendekatan metode pendidikan Islam ada enam kategori yaitu sebagai berikut :
                                                      1.      Pendekatan Tilawah (Pengajaran)
Pendekatan tilawah meliputi membacakan ayat-ayat Allah yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai ayat-Nya, mempunyai keyakinan bahwa semua ciptaan Allah yang memiliki keteraturan yang bersumber dari Rabb al-‘alamin, serta memandang bahwa segala yang ada tidak diciptakan-Nya secara sia-sia belaka. Bentuk tilawah mempunyai indikasi tafakkur (berpikir) dan tadzakur (berdzikir).
                                                      2.      Pendekatan Takziyah (Penyucian)
Menyucikan diri dengan upaya amar ma’ruf dan nahi munkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif). Pendekatan ini bertujuan untuk memlihara dan mengembangkan akhlak yang baik, menolak dan menjauhi akhlak tercela, berperan serta dalam memelihara kesucian lingkungannya.
                                                      3.      Pendekatan Ta’lim Al-Kitab
Mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur’an) dengan menjelaskan hukum halal dan haram. Pendekatan ini bertujuan untuk membaca, memahami, dan merenungkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai keterangan. Pendekatan ini bukan hanya memahami fakta, tetapi juga makna dibalik fata, sehingga dapat menafsirkan informasi secara kreatif dan produktif.
                                                      4.      Pendekatan Ta’lim Al-Hikmah
Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan ta’lim al-kitab, hanya saja bobot dan proposi serta frekuensinya diperluas dan diperbesar. Indikator utama pendekatan ini adalah mengadakan perenungan, reinovasi, dan interpretasi terhadap pendekatan ta’lim al-
Kitab.
                                                      5.      Yu’allim-kum ma lam takunu ta’lamun
Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang memang benar-benar asing dan belum diketahui, sehingga pendekatan ini membawa pada suatu alam pemikiran yang benar-benar luar biasa. Pendekatan ini mungkin hanya dapat dinikmati oleh nabi dan rasul saja, seperti mukjizat. 
                                                      6.      Pendekatan Ishlah (Perbaikan)
Pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan orang lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki komitmen memihak bagi kaum yang tertindas, dan berupaya menjembatani perbedaan paham.
E.     Prinsip-prinsip Metode Pendidikan Islam
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode penddikan tersebut sebab dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan Islam dapat berfungsi lebih efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari tujuan semula dari pendidikan Islam. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip metode pendidikan, sehingga mampu menerapkan metode yang tepat dan cocok sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut : 
1.        Prinsip Mempermudah
Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan suatu cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai yang terdapat dalm ilmu pengetahuan dan ketreampilan tersebut sehingga metode yang digunakan haruslah mampu membuat peserta didik untuk merasa mudah menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan itu. Inilah barangkali yang perlu dipahami oleh seorang pendidik. Pendidik tidak harus menggunakan metode yang muluk-muluk sementara materi yang disampaikan tidak mampu diserap oleh peserta didik. Bagaimana peserta didik akan mengaktualisasikan nilai-nilai materi tersebut, sementara materinya itu sendiri belum dapat dipahami dan dikuasai oleh peserta didik.[8] 
2.        Berkesinambungan
Berkesinambungan dijadikan sebagai prinsip metode pendidikan Islam, karena dengan asumsi bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus, sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberikan materi. Jangan hanya karena mengejar target kurikulum seorang pendidik menggunakan metode yang efektif yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh yang negatif pada peserta didik karena peserta didik merasa dibohongi oleh pedidik.
3.        Fleksibel dan Dinamis
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis, sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya monoton dan zaklik dengan satu macam metode saja. Seorang pendidik mampu memilih salah satu dari berbagai alternatif yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggapnya cocok dan prasarana, situasi dan kondisi lingkungan, serta suasana pada waktu itu. Dan prinsip kedinamisan ini berkaitan erat dengan prinsip berkesinambungan, karena dalam kesinambungan tersebut metode pendidikan Islam akan selalu dinamis bila disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
I     KESIMPULAN
Dalam penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seseorang pendidik dapat memahami hakikat metode dalam relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT. Pada intinya metode berfungsi mengantarkan pada suatu tujuan objek sasaran tersebut. Oleh karena itu terdapat suatu prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu suatu prinsip agar pengajaran dapat disampaikan dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan.
Adapun asas metode pendidikan Islam yaitu sebagai berikut : Asas Motivas, aktivitas, Apersepsi, Peragaan, Ulangan, Korelasi, Konsentrasi, Individu, Sosialisasi, Evaluasi, Kebebasan, Lingkungan, Globalisasi, Pusat-pusat Minat, Keteladanan, Pembiasaan. Pendekatan metode pendidikan Islam terbagi menjadi beberapa bagian yaitu Pendeketan Tilawah (Pengajaran)m, Takziyah (Penyucian), Ta’lim Al-Kitab, Ta’lim Al-Hikmah, Yu’allim-kum ma lam takunu ta’lamun, Ishlah (Perbaikan).
Metode pendidikan Islam sangat memperhatikan prinsip-prinsipnya karena mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode penddikan tersebut. Prinsipny juga berkesinambungan, mempermudah, fleksibel serta dinamis.
        PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari Smakalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin.




DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Mujib,  Ilmu  Pendidikan Islam, Jakarta : Fajar Inter Pratama Uffset, 2008.
Abd Rahman Shaleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, terj.Arifin HM, judul
 asli: Educational Theory a Qur’anic Outlook, Jakarta : Rineka Cipta, 1991.
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Press,
2002.
Arifin HM, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bina Aksara, 1987.
H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Imansjah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, Surabaya : Usaha Nasional, 1984.
Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana Prenada Media, 2010.
Muzayyin, Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010.
Omar Muhammad al-Thaumi al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, ter. Arifin Langgulung
 Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Prof. DR. H. Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2002.
Prof. H. M. Arifin, M.Ed, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996.
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 1990.
Sudiyono, HM, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2009.
Tim Depag RI, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : DPPTAI,1981.
Umar, Bukhari, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2010.


[1] Omar Muhammad al-Thaumi al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, ter. Arifin Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 551-552.
[2]  Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm.41.
[3] Abdullah Mujib,  Ilmu  Pendidikan Islam (Jakarta : Fajar Inter Pratama Uffset, 2008), hlm. 167.
[4] Abd Rahman Shaleh ‘Abd Allah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, terj.Arifin HM, judul asli: Educational Theory, a Qur’anic Outlook, (Jakarta:Rineka Cipta, 1991), hlm. 198.   
[5] Arifin HM, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bina Aksara, 1987), hlm. 97-98.
[6] H. Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005),  hal. 146
[7] Tim Depag RI, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: DPPTAI,1981), hlm. 97-105. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hlm. 96-110. Imansjah Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, (Surabya: Usaha Nasional, 1984), hlm. 16-41.
[8] Prof. DR. H. Rama Yulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta, Kalam Mulia. 2002), hlm. 162. Lihat juga Prof. H. M. Arifin, M.Ed, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 199-201.