Semakin berkembangnya dunia dari
tahun-ketahun mengakibatkan banyak perubahan dalam diri dunia Islam. Baik dari
segi agama, pendidikan, politik dan seterusnya. Terutama dalam bidang
pendidikan, akibat adanya sikap serba boleh dan pemenjaan dari orang tua,
banyak anak-anak terjerumus pada pergaulan yang mengabaikan syari'at. Banyak
kaum wanita melupakan fitrohnya sebagai seorang ibu yang berkewajiban mendidik
putra-putrinya.
Sehingga mengakibatkan dunia anak
sia-sia. Pemberian andel yang cukup banyak dalam kesia-siaan trsebut adalah
metode pendidikan barat yang tampaknya telah menjadi kiblat pendidikan kita.
Sebenarnya Islam mempunyai metode pendidikan yang sempurna kepada umat manusia,
terutama dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan
sedikit membahas tentang metode-metode pendidikan dalam Islam.
I RUMUSAN MASALAH
A.
Apa pengertian Metode Pendidikan Islam ?
B.
Apa saja fungsi Metode Pendidikan Islam ?
C.
Apa saja asas-asas Metode Pendidikan Islam ?
D.
Bagaimana cara pendekatan Metode Pendidikan
Islam ?
E.
Apa saja prinsi-prinsip Metode Pendidikan
Islam ?
I PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Pendidikan Islam
Pengertian
Metode secara etimologi, berasal dari dua perkataan yaitu meta dan hodos.
Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Menurut
DR. Ahmad Husain al-liqaniy, metode adalah : “Langkah–langkah yang
diambil guru guna membantu para murid merealisasikan tujuan tertentu”. Dalam
bahasa arab dikenal dengan istilah Thariqoh yang berarti langkah-langkah
strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila
dihubungkan dengan Pendidikan maka langkah tersebut harus diwujudkan dalam
proses pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian.
Muhammad
Athiyah al-Abrasyi mengartikan metode sebagai jalan yang dilalui untuk
memperoleh pemahaman pada peserta didik. Abd al-Aziz mengartikan metode
kebiasaan berpikir, serta cinta kepada ilmu, guru, dan sekolah.[1]
Jadi teknik merupakan pengejawantahan dari metode, sedangkan metode merupakan
penjabaran asumsi-asumsi dasar dari pendekatan materi al-Islam.
Sementara itu , pendidikan
merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk
mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka pendidikan Islam adalah sebuah
proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi
yang dimilikinya untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya
sebagai Khalifah Allah SWT., baik kepada Tuhannya, sesama manusia, dan sesama
makhluk lainnya. Pendidikan yang dimaksud selalu berdasarkan kepada ajaran Al
Qur'an dan Al Hadits. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi
pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian
tujuan pendidikan Islam[2]
Dalam penggunaan metode
pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seseorang pendidik dapat
memahami hakikat metode dalam relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam
yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi
kepada Allah SWT. Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil
belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan
menimbulkan kesadaran peserta didik untuk
mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang
menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantab. Uraian itu menunjukkan
bahwa fungsi metode pandidikan Islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar,
memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta
mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik
dengan peserta didik. Di samping itu, dalam uaraian tersebut ditunjukkan bahwa
fungsi metode pendidikan adalah memberi inspirasi pada peserta didik melalui
proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik.
Tugas utama metode
pendidikan Islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan
paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi melalui penyampaian keterangan dan
pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati, dan meyakini materi
yang diberikan, serta meningkatkan ketrampilan olah pikir.[3]
Dalam penggunaan metode pendidikan
Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami
hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu
terbentuknya pribadi yang beriman dan senantiasa siap mengabdi kepada Allah
SWT. Di samping itu, pendidik pun perlu memahami metode-metode instruksional
yang aktual yang ditujukan dalam Al-Qur’an atau yang didedukasikan dari
Al-Qur’an, dan dapat member motivasi dan disiplin atau atau dalam istilah
Al-Qur’an disebut dengan pemberian anugerah (tsawab) dan hukuman (‘iqab).[4]
Apabila metode dipandang sebagai
alat untuk mencapai tujuan pendidikan, metode mempunyai fungsi ganda, yaitu
yang bersifat polipragmatis dan monopragmatis.[5]
Polipragmatis bilamana metode menggunakan kegunaan yang serbaganda (multipurpose),
misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi-kondisi tertentu dapat
digunakan untuk merusak, dan pada kondisi yang lain bisa digunakan membangun
dan memperbaiki. Kegunaannya dapat bergantung pada si pemakai atau pada corak,
bentuk, dan kemampuan dari metode sebagai alat. Sebaliknya, monopragmatis
bilamana metode mengandung implikasi bersifat konsisten, sistematis, dan
kebermaknaan menurut kondis sasarannya, mengingat sasaran metode adalah
manusia, sehingga pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya.
B.
Fungsi Metode Pendidikan Islam
Dalam proses pendidikan Islam
pendidik tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan
diberikan kepada peserta didiknya, akan tetapi ia harus menguasai berbagai
berbagai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan transformasi dan
internalisasi mata pelajaran. Hal ini karena metode dan teknik pendidikan Islam
tidak sama dengan metode dan teknik pendidikan lainnya.
Fungsi metode secara
umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi
pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Sedangkan dalam konteks
lain metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data
yang diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu.[6]
Dari dua pendekatan
tersebut dapat dilihat pada intinya metode berfungsi mengantarkan pada suatu
tujuan objek sasaran tersebut. Oleh karena itu terdapat suatu prinsip yang umum
dalam memfungsikan metode, yaitu suatu prinsip agara pengajaran dapat disampaikan
dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi,
sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan.
Dalam Al-Qur’an
sebagaimana akan dijelaskan di bawah ini, metode dikenal sebagai sarana yang
menyampaikan seseorang kepada tujuan penciptaannya sebagai khalifah di
muka bumi dengan melaksanakan pendekatan di mana manusia ditempatkan sebagai
makhluk yang memiliki potensi rohaniah dan jasmaniah yang keduanya dapat
digunakan saluran penyampaian materi pelajaran. Karenanya terdapat suatu
prinsip umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pengajaran dapat
disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan, dan
motivasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan.
Banyaknya metode yang ditawarkan para ahli sebagaimana dijumpai dalam buku-buku
kependidikan lebih merupakan usaha mempermudah atau mencari jalan paling sesuai
dengan perkembangan jiwa anak dalam menerima pelajaran.
C.
Asas-asas Metode Pendidikan Islam
Asas-asas pelaksanaan metode
pendidikan Islam pada dasarnya dapat diformulasikan sebagai berikut :[7]
1.
Asas Motivasi
Pendidik harus berusaha
membangkitkan minat peserta didiknya sehingga seluruh perhatian mereka tertuju
dan terpusat pada bahan pelajaran yang sedang disajikan. Asas ini dapat
diupayakan melalui pengajaran dengan cara yang menarik sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik, mengadakan selingan yang sehat, menggunakan
alat-alat perasa yang sesuai dengan sifat materi, menghindari pengaruh yang
menganggu konsentrasi peserta didik, dab juga mengadakan kompetisi sehat dengan
memberikan hadiah hukuman yang bijaksana.
2.
Asas aktivitas
Dalam proses belajar mengajar
pendidikan peserta didik harus diberikan kesempatan untuk mengambil bagian yang
aktif, baik rohani maupun jasmani, terhadap pengajaran yang akan diberikan,
secara individual maupun kolektif. Asas aktivitas dapat diupayakan dengan
aktivitas jasmani berupa penelitian, eksperimen, pembuatan konstruksi model,
cocok tanam, atau juga dengan aktivitas rohani berupa ketekunan dalam mengikuti
pelajaran, mengamati secara cermat, berpikir untuk memecahkan masalah dan
tergugah perasaannya, serta berkemauan keras untuk mendapatkan hasil belajar
yang maksimal.
Allah SWT, berfirman :
“ Dan bahwasanya seseorang tiada memperoleh
selain apa yang telahh diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan
diperlihatkan, kemudian akan diberi balasan kepadanya degan balasan yang paling
sempurna”( QS.An-Najm: 39-41).
3.
Asas Apersepsi
Apersepsi adalah gejala jiwa yang
dialami jika kesan baru masuk kedalam kesadaran seseorang yang berjalin dengan
kesan-kesan lama yang sudah dimiliki disertai proses pengelolaan, sehungga
menjadi kesan yang lebih luas. Asas ini bertujuan menghubungkan bahan pelajaran
yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal oleh peserta didik.
4.
Asas Peragaan
Dalam asas ini, pendidik memberikan
variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan-bahan yang diajarkan
secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan (model-model), sehingga
peserta didik dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
Asas ini diupayakan melalui penggunaan brbagai
macam alat peraga secara wajar, yaitu dengan memeragakan pelajaran dengan
percobaan, bulletin board, poster serta menyelanggarakan karyawisata dan
mengadakan sandiwara, pantonim, dan drama. Nabi SAW sering memeragakan sewaktu
mengajarkan materi pada umat-umatnya, seperti yang dikenal dengan “sunnah
fi’liyah”. Dan dalam pepatah Arab dikatakan : “Tindakan itu lebih baik
dari ucapan”. Seperti sabda Nabi SAW :
صَلُّوْا
كَمَا رَأَيْتُمُوْ نِى أُصَلِّى
“Sahalatlah kalian sebagaimana kalian melihat
aku shalat”(HR. Al-Bukhari)
5.
Asas Ulangan
Asas yang merupakan usaha untuk
mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar peserta didik dalam aspek
pengetahuan, ketrampilan, serta sikap setelah mengikuti pengajaran sebelumnya.
Hal ini karena penguasaan pengetahuan mudah terlupakan oleh peserta didik
apabila dialami hanya sekali atau diingat setengah-setengah. Oleh karena itu,
pengetahuan yang sering diulang-ulang menjadi pengetahuan yang berkesan dalam ingatan dan dapat difungsikan
dengan baik. Asas ini dapat melalui okasional, yaitu diberikan secara teratur,
kontinu, dan terencana.
Oleh karena itu, Allah SWT sering
mengingatkan agar manusia selalu mengulangi ibadah tanpa ada akhirnya sehingga
mendatangkan suatu kebenaran. Firman-Nya :
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu
yang diyakini” (QS. Al-Hijr : 99)
“Maka janganlah kamu mati kecuali dalam
memeluk agama Islam” (QS. Al-Baqarah : 132).
6.
Asas Korelasi
Proses belajar mengajar secar
menyelurh yang mencakup berbagai dimensi yang kompleks dan saling berhubungan.
Oleh sebab itu, dalam setiap pengajaran pendidik harus menghubungkan suatu
bahann pelajaran dengan pelajaran yang lain, sehingga membentuk mata rantai yang
erat. Asas korelasi akan menimbulkan asosiasi dan arsepsi dalam kesadaran dan
sekaligus membangkitkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran.
Firman Allah SWT yang menganjurkan
untuk mengorelasikan sesuatu pada sesuatu yang lain, misalnya :
“Maka tidaklah mereka bepergian dimuka bumi
lalu melihat bagaiman kesudahan orang-orang sebelum mereka, dan sesungguhnya
kamoung akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, maka tidaklah kamii
memikirkannya”. (QS. Yusuf : 109)
7.
Asas Konsentrasi
Asas yang memfokuskan pada suatu
pokok masalh tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksanakan
tujuan pendidikan serta memerhatikan peserta didik dalam segala aspeknya. Asas
ini dapat diupayakan dengan memberikan masalah yang menarik seperti masalah yang
baru muncul.
Firman Allah SWT :
“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu
urusan), kerjankanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. (QS.
An-Inshirah : 7)
8.
Asas Individu
Asas yang memerhatikan
perbedan-perbedaan individu, baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi
seluruh pribadi peserta didik. Aplikasi asas ini adalah pendidik dapat
mempelajari pribadi setiap peserta didik, terutama tentang kepandaian,
kelebihan, kekurangan, dan memberi tugas sebatas dengan kemampuannya.
Firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan oleh Allah kepada sebagian kamu yang lebih banyakdari sebagian
yang lain.” (QS. An-Nisa’: 32)
9.
Asas Sosialisasi
Asas yang memerhatikan penciptaan
suasana sosial yang dapat membangkitkan semangat kerja sama antara peserta
didik dengan pendidik atau sesame peserta didik dan masyarakat sekitarnya.
Dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna, seperti mengadakan
karyawisata. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda :
“Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang
paling banyak manfaatnya terhadap manusia lain.”(Al-Hadis)
10. Asas Evaluasi
Asas yang memerhatikan hasil dari
penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai feedback
pendidik dalam memperbaiki cara mengajar. Asas evaluasi tidak hanya
diperuntukan bagi peserta didik, akan tetapi juga bagi pendidik, yaitu sejauh
mana keberhasilannya dalam menunaikan tugasnya.
11. Asas Kebebasan
Asas yang memberikan keluasaan
keinginan dan tindakan bagi peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang
mengacau pada hal-hal yang positif. Asas ini menyarankan membuat
keputusan-keputusan tentang tindakan seseorang didasarkan pada ukuran
kebajikan, dan mampu membuat pilihan berdasarkan nilai-nilai pribadi, serta
adanya pengarahan diri sehingga sistem control diri berkembang.
12. Asas
Lingkungan
Asas yang menentukan metode dengan
berpijak pada pengaruh lingkungan. Walaupun peserta didik lahir dengan berbekal
pembawaan yang masih bersifat umum. Sehingga pembawaan dan lingkungan bukanlah
hal yang tidak bersatu, akan tetapi saling membutuhkan mengingat pembawaan itu.
13. Asas
Globalisasi
Asas sebagai akibat pengaruh
psikologi totalitas, yaitu bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan,
tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, sosial, dan
sebagainya.
14. Asas
Pusat-pusat Minat
Asas yang memerhatikan
kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi seseorang.
Sesuatu berharga apabila sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan asas pusat-pusat
minat dalam Islam dengan ruang lingkupnya terdiri atas bahan hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan sesama, dan manusia terhadap alam semesta.
15. Asas
Keteladanan
Pada fase-fase tertentu, memiliki
kecenderungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang
sekitarnya. Misalnya kisah Qabil dalam mengebumikan Habil (adik yang telah
dibunuhnya) meniru contoh yang diberikan oleh burung gagak dalam mengubur gagak
yang lain, dimana penguburan gagak tersebut merupakan ilham dari Allah SWT.
16. Asas
Pembiasaan
Asas yang memerhatikan kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan peserta didik. Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam
pembinaan dan pembentukan peserta didik. Upaya pembiasaan sendiri dilakukan
mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah.
D.
Pendekatan Metode Pendidikan Islam
Perwujudan strategi pendidikan
Islam dapat dikonfigurasikan dalam bentuk metode pendidikan yang lebih luasnya
mencakup pendekatan (approach)-nya. Pendekatan-pendekatan metode
pendidikan Islam ada enam kategori yaitu sebagai berikut :
1.
Pendekatan Tilawah (Pengajaran)
Pendekatan tilawah meliputi
membacakan ayat-ayat Allah yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai
ayat-Nya, mempunyai keyakinan bahwa semua ciptaan Allah yang memiliki keteraturan
yang bersumber dari Rabb al-‘alamin, serta memandang bahwa segala yang ada
tidak diciptakan-Nya secara sia-sia belaka. Bentuk tilawah mempunyai indikasi
tafakkur (berpikir) dan tadzakur (berdzikir).
2.
Pendekatan Takziyah (Penyucian)
Menyucikan diri dengan upaya amar
ma’ruf dan nahi munkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif). Pendekatan ini
bertujuan untuk memlihara dan mengembangkan akhlak yang baik, menolak dan
menjauhi akhlak tercela, berperan serta dalam memelihara kesucian
lingkungannya.
3.
Pendekatan Ta’lim Al-Kitab
Mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur’an)
dengan menjelaskan hukum halal dan haram. Pendekatan ini bertujuan untuk
membaca, memahami, dan merenungkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai keterangan.
Pendekatan ini bukan hanya memahami fakta, tetapi juga makna dibalik fata,
sehingga dapat menafsirkan informasi secara kreatif dan produktif.
4.
Pendekatan Ta’lim Al-Hikmah
Pendekatan ini hampir sama dengan
pendekatan ta’lim al-kitab, hanya saja bobot dan proposi serta frekuensinya
diperluas dan diperbesar. Indikator utama pendekatan ini adalah mengadakan
perenungan, reinovasi, dan interpretasi terhadap pendekatan ta’lim al-
Kitab.
5.
Yu’allim-kum ma lam takunu ta’lamun
Suatu pendekatan yang mengajarkan
suatu hal yang memang benar-benar asing dan belum diketahui, sehingga
pendekatan ini membawa pada suatu alam pemikiran yang benar-benar luar biasa.
Pendekatan ini mungkin hanya dapat dinikmati oleh nabi dan rasul saja, seperti
mukjizat.
6.
Pendekatan Ishlah (Perbaikan)
Pelepasan beban dan
belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan orang
lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki
komitmen memihak bagi kaum yang tertindas, dan berupaya menjembatani perbedaan
paham.
E.
Prinsip-prinsip Metode Pendidikan Islam
Metode
pendidikan Islam harus digunakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang
mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode penddikan
tersebut sebab dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan Islam
dapat berfungsi lebih efektif dan efisien dan tidak menyimpang dari tujuan
semula dari pendidikan Islam. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu
memperhatikan prinsip-prinsip metode pendidikan, sehingga mampu menerapkan
metode yang tepat dan cocok sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Prinsip
Mempermudah
Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah
menggunakan suatu cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
menghayati dan mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sekaligus
mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai yang terdapat dalm ilmu pengetahuan
dan ketreampilan tersebut sehingga metode yang digunakan haruslah mampu membuat
peserta didik untuk merasa mudah menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan
itu. Inilah barangkali yang perlu dipahami oleh seorang pendidik. Pendidik
tidak harus menggunakan metode yang muluk-muluk sementara materi yang
disampaikan tidak mampu diserap oleh peserta didik. Bagaimana peserta didik
akan mengaktualisasikan nilai-nilai materi tersebut, sementara materinya itu
sendiri belum dapat dipahami dan dikuasai oleh peserta didik.[8]
2.
Berkesinambungan
Berkesinambungan dijadikan sebagai prinsip metode pendidikan Islam,
karena dengan asumsi bahwa pendidikan Islam adalah sebuah proses yang akan
berlangsung terus menerus, sehingga dalam menggunakan metode pendidikan seorang
pendidik perlu memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberikan materi.
Jangan hanya karena mengejar target kurikulum seorang pendidik menggunakan
metode yang efektif yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh yang negatif
pada peserta didik karena peserta didik merasa dibohongi oleh pedidik.
3.
Fleksibel
dan Dinamis
Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan
dinamis, sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian
metode tidak hanya monoton dan zaklik dengan satu macam metode saja. Seorang
pendidik mampu memilih salah satu dari berbagai alternatif yang ditawarkan oleh
para pakar yang dianggapnya cocok dan prasarana, situasi dan kondisi
lingkungan, serta suasana pada waktu itu. Dan prinsip kedinamisan ini berkaitan
erat dengan prinsip berkesinambungan, karena dalam kesinambungan tersebut
metode pendidikan Islam akan selalu dinamis bila disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada.
I
KESIMPULAN
Dalam
penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seseorang
pendidik dapat memahami hakikat metode dalam relevansinya dengan tujuan utama
pendidikan Islam yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap
sedia mengabdi kepada Allah SWT. Pada intinya metode berfungsi mengantarkan
pada suatu tujuan objek sasaran tersebut. Oleh karena itu terdapat suatu
prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu suatu prinsip agar pengajaran
dapat disampaikan dalam suasana yang menyenangkan, menggembirakan, penuh
dorongan dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi didikan itu dapat dengan
mudah diberikan.
Adapun asas
metode pendidikan Islam yaitu sebagai berikut : Asas Motivas, aktivitas,
Apersepsi, Peragaan, Ulangan, Korelasi, Konsentrasi, Individu, Sosialisasi,
Evaluasi, Kebebasan, Lingkungan, Globalisasi, Pusat-pusat Minat, Keteladanan,
Pembiasaan. Pendekatan metode pendidikan Islam terbagi menjadi beberapa bagian
yaitu Pendeketan Tilawah (Pengajaran)m, Takziyah (Penyucian), Ta’lim Al-Kitab,
Ta’lim Al-Hikmah, Yu’allim-kum ma lam takunu ta’lamun, Ishlah (Perbaikan).
Metode
pendidikan Islam sangat memperhatikan prinsip-prinsipnya karena mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang
pelaksanaan metode penddikan tersebut. Prinsipny juga berkesinambungan,
mempermudah, fleksibel serta dinamis.
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat
menyadari Smakalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan
semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Mujib, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta : Fajar Inter Pratama Uffset, 2008.
Abd Rahman Shaleh, Teori-teori
Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, terj.Arifin HM, judul
asli: Educational Theory a Qur’anic
Outlook, Jakarta : Rineka Cipta, 1991.
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat
Press,
2002.
Arifin HM, Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta : Bina Aksara, 1987.
H. Abudin Nata, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Imansjah Alipandie, Didaktik
Metodik Pendidikan Umum, Surabaya : Usaha Nasional, 1984.
Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta : Kencana Prenada Media, 2010.
Muzayyin, Arifin, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010.
Omar Muhammad al-Thaumi
al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, ter. Arifin Langgulung
Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Prof. DR. H. Rama Yulis, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2002.
Prof. H. M.
Arifin, M.Ed, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996.
Ramayulis, Metodologi Pengajaran
Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 1990.
Sudiyono, HM, Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2009.
Tim Depag RI, Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, Jakarta : DPPTAI,1981.
Umar, Bukhari, Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2010.
[1] Omar Muhammad al-Thaumi al-Syaibani, Falsafah
Pendidikan Islam, ter. Arifin Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979),
hlm. 551-552.
[2] Arief
Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hlm.41.
[3] Abdullah Mujib, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Fajar Inter
Pratama Uffset, 2008), hlm. 167.
[4] Abd Rahman Shaleh ‘Abd Allah, Teori-teori
Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, terj.Arifin HM, judul asli: Educational
Theory, a Qur’anic Outlook, (Jakarta:Rineka Cipta, 1991), hlm. 198.
[5] Arifin HM, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta:Bina Aksara, 1987), hlm. 97-98.
[7] Tim Depag RI, Metodik Khusus Pengajaran
Agama Islam, (Jakarta: DPPTAI,1981), hlm. 97-105. Ramayulis, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), hlm. 96-110. Imansjah
Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, (Surabya: Usaha Nasional,
1984), hlm. 16-41.
[8] Prof. DR. H. Rama Yulis, Ilmu Pendidikan
Islam (Jakarta, Kalam Mulia. 2002), hlm. 162. Lihat juga Prof. H. M. Arifin, M.Ed, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 199-201.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar