Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Darmu’in, M.Ag
![bukuasia.jpg](file:///C:\Users\lenovo\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
Disusun Oleh PAI B:
Laila Romdhoningsih (133111073)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014
ALIRAN – ALIRAN PENDIDIKAN
Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, banyak bermunculan pemikiran – pemikiran
yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan, dimana pemikiran-pemikiran
ini adalah kemungkinan yang menjadi factor penyebab keberhasilan dalam pendidikan,
oleh karenanya banyak teori yang bermunculan yang dikemukakan oleh para pemikir
yang bermuara pada munculnya aliran – aliran, diantaranya :
1.
Aliran
Empirisme, yang mengemukakan bahwa pengalaman yang diperoleh anak melalui
hubungan dengan ingkungan.
2.
Aliran
Nativisme, aliran yang berpandangan bahwa perkembangan individu pada anak
ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir
3.
Aliran
Naturalisme, aliran ini berpandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia ini
mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan rusak apabila mendapat
pengaruh dari lingkungan sehingga aliran ini sering disebut sebagai aliran
Negativisme.
4.
Aliran
Konvergensi, aliran ini mengemukakan bahwa anak lahir di dunia ini telah
mempunyai bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan
dipengaruhi oleh lingkunangan.
5.
Aliran
Progesivisme, aliran ini mengemukakan bahwa peserta didik mempunyai akal dan
kecerdasan, dan dapat menghadapi masalah yang bersifat menekan
6.
Aliran
Esensialisme, aliran ini berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan
nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan.
7.
Aliran
Perenialisme, yaknikepercayaan harus didasarkan pada aksiomatis zaman kuno dan
abad pertengahan perlu djadikan dasar pendidikan sekarang.
8.
Aliran
Konstruktivisme, aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan manusia dihasilkan
dari kontruksi kognitif.
Pandangan islam berbeda dengan pendirian yang dikemukakan olehn
para ahli mengenai aliran – aliran pendidikan. Islam menampilkan teori potensi
positif (fitrah) sebagai dasar perkembangan manusia. Potensi ini dapat berupa
keyakinan beragama perilaku untuk menjadi baik dan buruk, semua itu harus
dikembangkan agar ia tumbuh sebagai hamba Allah yang sewajarnya.
RELEVANSI ALIRAN – ALIRAN PENDIDIKAN DENGAN DASAR – DASAR AJARAN
ISLAM
Dasar – dasar
ajaran islam yaitu al- qur’an dan as-sunnah. Al-qur’an yang berisi mengenai
akidah dan syari’ah Al-qur’an dijadikan sebgai sumbur utama dan pertama dalam
pendiidkan islamkarena nilai absolute yang terkandung didlamnyayang datag dari
Allah. Sedangkan as-sunnah dijadilkan sebgai sumber kedua setelah al-qur’an.
Relevansi aliran pendidikan islam dengan dasar – dasar ajaran islam yaitu :
1. Relevansi aliran nativisme dengan dasar ajaran islam
Dalam hubungan
dengan konsepsi kependidikan islam yang nativis, factor pembawaan diakui
sebagai unsure pembentukan corak keagamaan dalam diri manusia.
2. Relevansi aliran empirisme dengan dasar ajaran islam
Alean ini
aberanggapan bahwa lingkunganlh yang berpengaruh terhadaap perkembangan dan
pertumbuhan anak,seperti dalam ayat An-Nahl ayat 78
ยช!$#ur
Nรค3y_t÷zr&
.`รiB
รbqรครรง/
รถNรค3รF»yg¨Bรฉ&
w
cqรJn=÷รจs?
$\«รธx©
@yรจy_ur
รฃNรค3s9
yรฌรดJ¡¡9$#
t»|รรถ/F{$#ur
noyร«รธรนF{$#ur
รถNรค3ยช=yรจs9
crรฃรค3รด±s?
รรรร
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.
Ayat diatas menjelaskan bahwa kita
harus melakukan pendidikan karena kita dilahirkan dalm keadaan tidak tau
apa-apa.
3.
Relevansi aliran
konvergensi dengan dasar ajaran islam
Aliran ini berpendapat bahwa
perkembangan manusia ditentukan oleh factor pembawaan dan lingkungan. Seperti
firman Allah (QS. Asy-syams:7-10)
<§รธรฟtRur $tBur $yg1§qy รรร $ygyJolรน;r'sรน $yduqรจgรฉรบ $yg1uqรธ)s?ur รรร รดs% yxn=รธรนr& `tB $yg8©.y รรร รดs%ur z>%s{ `tB $yg9¢y รรรร
Artinya “Dan
jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Manusia diberi kemungkinan untuk
mendidik diri dan orang lain menjadi sosok pribadi yang beruntung sesuai dengan
kehendak Allah melalui berbagai metode ikhtiyar-nya.
KONSEPSI ISLAM TENTANG FITRAH MANUSIA
Fitrah Allah kepada manusia berarti pengadaan dan penciptaan yang
dilakukan Allah kepada manusia terhadap suatu jenis ciptaan tertentu yang
memungkinkannya untuk melakukan sesuatu perbuatan atau mencapai suatu tujuan
tertentu. Mengenai hubungan manusia dan pendidikan islam mengacu pada tujuan
bersama dalam menghadirkan perubahan tingkah laku, sikap, dan kepribadian
setelah seseorang mengalami proses pendidikan. Maka konsep fitrah terhadap
pendidikan islam bahwa seluruh aspek dalam menunjang seseorang menjadi manusia
secara manusiawi adanya penyesuaian akan aktualisasi fitrah-nya yang
diharapkan, yakni pertama konsep fitrah
mempercayai bahwa secara alamiah manusia itu positif (fitrah), baik secara
jasadi, nafsani, maupun rohani, Kedua mengakui bahwa salah satu komponen
terpenting manusia adalah qalbu. Perilaku manusia bengantung pada qalbunya. Di
samping jasad, akal, manusia dapat mengetahui sesuatu (di luar nalar)
berkecenderungan kepada yang benar dan bukan yang salah (termasuk memiliki
kebijaksanaan, kesabaran, dan kekuatan) untuk mempengaruhi benda dan peristiwa.
Fitrah manusia dalam perspektif islam dan implikasinya dalam pendidikan, Ali
Syari’ati mengungkapkan lima faktor yang secara continue dan stimulan
membangun personalitas anak didik, yaitu : Faktor ibu yang memberi struktur dan
dimensi kerohanian yang penuh dengan kasih saying dan kelembutan, Faktor ayah
yang memberikan dimensi kekuatan akan harga diri, faktor sekolah yang membantu
terbentuknya sifat, faktor masyarakat dan lingkungan yang memberikan sarana
empiris bagi anak, Faktor kebudayaan umum masyarakat yang member pengetahuan
dan pengalaman tentang corak kehidupan manusia. Kelima faktor tersebut,
merupakan stimulant yang dapat mengembnagkan fitrah anak didik dalam berbagai
dimensinya. Karena manusia memiliki sifat yang suci dan bersih, orang tua
dituntut untuk tetap menjaganya dengan membiasakan hidup anak didiknya pada
kebiasaan baik, serta melarang kebiasaan yang baik, serta melarang mereka untuk
membiasakan diri untuk berbuat buruk.
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan pendidikan islam adalah perubahan yang diharapkan pada
peserta didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku
individu , kehidupan pribadinya aupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu itu
hidup. Tujuan pendidikan islam mempunyai beberapa macam tujuan, yakni tujuan
umum yakni untuk mencapai kedewasaan, tujuan sementara untuk mencapai kemampuan,
tujuan perantara yang berkaitan dengan pembelajaran anak, tujuan insidentil
yakni tujuan yang akan dicapai pada saat itu juga, tujuan tidak lengkap yakni
tujuan mengenai satu aspek kepribadian. Namun tujuan pendidikan islam itu sendiri
terbagi menjadi tiga tahap yaitu tujuan tertinggi yakni untuk menjadikan
hamba Allah yang paling taqwa, dan mengantarkan peserta didik menjadi khalifah
fil ard, dan memperoleh kebahagian di dunia dan diakhirat. Tujuan umum
yaitu metode atau perubahan yang dikehendaki yang diusahakan oleh pendidikan
untuk mencapainya, Prof. Mohd. Athiya El-Abrasyi dalam kajiannya menyimpulkan lima
tujuan umum asasi bagi pendidikan islam, yakni untukn membantu pembentukan
akhlak yang mulia, persiapan untuk kehidupan di dunia dan di akhirat, persiapan
untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi – segi kemanfaatan, menumbuhkan roh
ilmiah pada pelajar dan memuaskan keinginan arti untuk mengetahui dan
memungkinkan ia mengkaji ilmu hanya sekedar sebagai ilmu, menyiapkan pelajar
dari segi professional maupun teknis. adapun tujuan khusus menyangkut
perubahan – perubahan yang diingini yang bersifat cabang. Tujuan tersebut dapat
berupa memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah islam, menanamkan
keimanan terhadap Allah SWT, menanamkan rasa cinta dan penghargaan terhadah
al-qur’an dan sebagainya. Sedangkan fungsi dari pendidikan islam itu sendiri adalah
memberikan arah bagi proses pendidikan, memberikan motivasi dalam aktivitas
pendidikan, kriteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan. Dan salah satu ciri
manusia ideal dalam perspektif islaam adalah mempunyai sifat yang bercorak
agama dan akhlak, sifat keseluruhannya mencakup segala aspek pribadi pelajar
dan semua aspek perkembangan masyarakat, sifat keseimbangan, kejelasan, dan
tidak adanya pertentangan antara unsur – unsur dan cara pelaksanaannya, dan
sifat realistic dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku dan kehidupan, memperhitungkan perbedaan –
perbedaan perseorangan.
PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya agar mencapai kedewasaan.seoran pendidik dalam islam harus berperan
sesuai tugas dan kompetensi yang telah ditentukan. Tugas pendidik anatara lain
: membimbing peserta didik, mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan,
kesanggupan, bakat, minat, dan lain sebagainya. Selain itu pendidik juga harus
menciptakan situasi yang kondusif untuk pendidikan. Pendidik juga harus
mempunyai kompetensi – kompetensi, Menurut Mulyasa kompetensi tersebut antara
lain : pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), kemampuan ( skill),
nilai (value), sikap (attitude), minat (interest) . Sedangkan menurut Evans dan
Evans kompetensi tersebut anata lain : kompetensi professional religious,
kompetensi personal religious, dan kompetensi social religious.
Keutamaan pendidik dalam ajaran islam sanagat penting sekali,
karena pendidik merupakan sumber dari sebuah ilmu pengetahuan, kedudukan
seorang guru setingkat dibawah kedudukan rosul / nabi karena islam sangat
menghargai ilmu pengetahuan, tergamabar dalam hadis seperti “ Apabila
seorang guru meninggal, maka terjadilah kekosongan dalam islam yang tidak dapat
diisi kecuali oleh seorang alim yang lain.”. Jenis – jenis pendidik ada
pendidik kuttab, yakni pendidik yang mengajarkan al – qur’an kepada nak – anka
di kuttab. Pendidik umum, yang mengajar di lembaga-lembaga pendidikan yang
mlaksanakan pendidikan islam secara formal. Pendidik Khusu atau muadhib yakni
pendidik yang memberikan pelajaran khusus kepada seorang atau lebih dari
seorang pembesar, pemimpin Negara atau khalifah, seperti pendidikan yang
dilaksanakan di rumah – rumah terstentu di istana. Syarat – syarat menjadi
pendidik yaitu beragama, mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama,
harus memiliki perasaan panggilan murni, tidak kalah dengan guru – guru umum
lainnya dalam hal membentuk warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab atas
kesejahteraan bangsa dan tanah air. Sifat – sifat yang harus dimiliki oleh
seorang pendidik menurut Prof. Dr. Moh. Athyah al – abrasy adalah memiliki
sifat zuhud, harus bisa menjaga fisik dan hatnya dari sifat – sifat yang
tercela, ikhlas dalam pekerjaan, mengetaui karakter murid-muridnya, mengetahui
dan menguasai materi pelajaran dengan baik, cinta dan saying kepada murid-
muridnya, bersifat pemaaf, sanggup menahan diri dari kemarahan, lapang hati,
dan sabar.
PESERTA DIDIK
Peserta didik merupakan makhluk yang sedang berada dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing – masing. Mereka
memerlukan bimbingan dan penganugrahan yang konsisten menuju ke arah titik
optimal kemampuan fitrahnya. Pada pengertian lain peserta didik dalam pendidikan
islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik,
psikologi, sosial dan religious dalam mengurangi kehidupan di dunia dan
diakhirat kelak. Pendidikan sendiri sebenarnya memiliki aspek – aspek
kepentingan anatara lain : Aspek pedagogis, aspek ini memandang bahwa
manusia sebagai makhluk yag memerlukan pendidikan. Aspek sosio-kultural,
pada prinsip ini makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau yang
memiliki instink untuk hidup bermasyarakat. Aspek tauhid, memandang
manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Pertumbuhan peserta didik mempunyai
tiga aspek yakni ; berdasarkan biologis, yakni masa
embrio, masa kanak – kanak, masa kuat (kuat jasmani dan rohani), masa tua dan
masa meninggal. Psikologis, meliputi masa kanak – kanak : dari
lahir sampai umur 7 tahun, pada saat berumur 40 hari dapat melihat, tersenyum,
merasakan sakit, dan merasakan uang air . umur 6 bulan mempunyai kemauan,
kemudian umur 7 buan mulai tumbuh gigi. Dan diktatis, periode
pendidikan pertama sejak lahir sampai umur 6 tahun. Periode ini adalah masa
pendidikan secara pembiasaan dalam hal-hal yang baik-baik. Perode pendidikan
kedua anak dididik mengenai kesusilaan. Perode pendidikan ketiga
anak didik mulai dipisahkan orang tuanya, periode ini menginjak pada usia 9
tahun. Periode pendidikan keempat anak yang telah berumur 13 tahun,
diharuskan untuk sholat dan menenangkan jiwanya, karena masa ini adalah masa
pubertas yang mengalami kegoncangan – kegoncangan jiwa sehingga butuh
bimbingan. Periode pendidikan kelima, pada umur 16 tahun masa ini menuju
masa kedewasaan. Periode yang keenam yakni bagi umur dewasa (16-21
tahun), pada waktu ini orang tua akan melepaskan anaknya dan anak bertanggung
jawab atas dirinya sendiri.
Terdapat juga berbagai macam teori belajar yakni teori belajar
behaviorisme, teori behavoristik, aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori belajar kognitivisme, model
ini menenkankan pada bagaimana informasi diproses, serta peserta didik
diharapkan mampu menyerap apa yang didapatkan dari guru. Teori belajar
konstruktivisme, teori ini diartikan sebagai suatu upaya untuk membangun
tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu nbahwa pengetahuan dibangun
oelh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas. Teori Humanisme, aliran ini memandang bahwa belajar bukan
hanya pengembanagan kualitas saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi
dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Domain
– domain tersebut meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata
lain teori ini menekankan pada pentingnya emosi dan perasaan, komunikasi
terbuka. Proses belajar harus dimulai dan ditunjukkan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri.
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Kurikulum merupakan segala kegiatan yang dirancang oleh lembaga
pendidikan untuk disajikan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan yakni tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan
instruksional. Kurikulum berfungsi bagi kepentigan – kepentingan yang lain,
antara lain : Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, terdapat tujuan
Nasional, Tujuan Kurikuler, dan tujuan instruksional. Fungsi kurikulum bagi
anak diharpkan mereka akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak dapat
dikembangkan seiring dengan perkembanagan anak guna melengkapi bekal hidup.
Fungsi kurikulum bagi guru yakni sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan
mengorganisasikan pengalaman belajar pada anak didik, sebagai pedoman untuk
mengadakan evaluasi. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah sebagai administrator
dan supervisor juga mempunayi tanggungn jawab daalam kurikulum, Fungsi
kurikulum bagi orang tua murid, yaitu agar orang tua dapat turut serta membantu
usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Fungsi kurikulum bagi sekoalh
pada tingkat diatasnya yaitu sebagai pemeliharaan keseimbangan proses
pendidikan penyiapan tenaga baru.
Ciri-ciri kurikulum menurut Abdurrahman An-Nahlawy, diantaranya
system dan perkembangan kurikulum tersebut hendaknya selaras deengan fitrah
insani, kurikulum yang dimaksud hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir
pendidikan islam, pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya
memperhatikan periodesasi perkembangan peserta didik, dalam berbagai
pelaksanaan, aktivitas, hendaknya kurikulum memelihara segala kebutuhan nyata
kehidupan masyarakat, hendaknya kurikulum itu relistik, hendaknya kurikulum
tidak bertentangan dengan syari’at islam, hendaknya metode pengajaran dalam
kurikulum bersifat luwes atau tidak kaku.
Macam
– macam kurikulum pendidikan islam ada dua macam, yakni Pendidikan islam
formal, meliputi PAUD, RA, MI, MTs, DAN PTAIN. Pendidikan islam nonformal
meliputi pondok pesantren dan Majelis Ta’lim.
METODE PENDIDIKAN ISLAM
Metode
pendidikan islam merupakan cara atau prosedur umum dalam menyampikan materi
untuk mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan pada syari’at islam. Seiring
dengan perkembangan zaman, banyak sekali metode – metode yang digunakan dalam
dalam pendidikan islam, ada metode problem sloving, metode eksperimen, metode
hiwar, ceramah, diskusi, tanya jawab dan lain sebagainya.
Metode ceramah merupakan suatu cara
penyajian atau penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh guru
terhadap siswanya, sedangkan metode diskusi merupakan cara penyampaian materi
bahan ajar dimana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengemukakan pendapat, membuat kesimpulan dan menyusun berbagai alternative
pemecahan atas suatu masalah, sedaangkan metode Tanya jawab adaalah suatu cara
mengajar dimana seorang guru mengajukan pertanyaan, sedangkan siswa menjawab. Didalam
metode pendidikan islam menggunkan prinsip – prinsip seperti :
1.
Berdasar
pada nilai. Metode pendidikan islam tetap berdasar pada nilai etika-moral ( al
akhlaq al karimah ).
2.
Mempermudah
3.
Sesuai
dengan kemampuan dan usia akal anak.
4.
Bertumpu
pada kebenaran, artinya materi yang disampaikan harus benar, disampaikan dengan
cara yang benar dan dengan niat yang benar
5.
Niat
dan orientasi dalam pendidikan islam.
6.
Kejujuran
dan amanah.
7.
Dalam
memutuskan sesuatu hendaknya selalu memiliki kesatuan pandangan dan tidak
berselisih paham yang dapat membawa pertentangan bahkan pertengkaran
Masing – masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan, hanya
saja, metode tersebut dikatakan baik apabila digunakan pada kondisi dan situasi
yang tepat sesuai dengan kemampuan peserta didiknya. Untuk itu, seorang
pendidik harus dapat menguasai materi bahan ajar dan dapat menggunakan metode –
metode tersebut dengan baik, sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan metode
pendidikan yang mnoton akan menjadikan peserta didik bosan, untuk itu dapat
digunakan berbagai macam metode agar peserta didik tidak merasa bosan.
EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM
Evaluasi
pendidikan merupakan suatu penelitian terhadap seluruh komponen penyelenggaraan
pendidikan, terutama hasilnya, berupa peningkatan dan perubahan yang terjadi pada diri peserta didik setelah mereka mengikuti
kegiatan pendidikan dan pengajaran. Fungsi evaluasi pendidikan islam yakni
sebagai penempatan, bahwa penilaian dapat dipakai untuk membuat keputusan
tentang apakah murid diizinkan masuk ke progam spesifik atau tidak. Evaluasi
berfungsi sebagai selektif, dengan cara mengadakan penilaian, guru mempunyai
cara untuk mengadakan penilaian terhadap muridnya. Evaluasi berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan yakni untuk mengetahui sejauh mana suatu progam berhasil
diterapkan. Fungsi evaluasi sebagai diagnostic, yakni untuk mengetahui sebab
musabab kelemahan murid. Sedangkan tujuan dari evaluasi pendidikan islam adalah
untuk menegetahui kadar pemahaman peserta didik terhapa materi pelajaran,
menentukan hasil kemajuan belajar peserta didik, melatih keberanian dan
mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan,
untuk mengetahui siapa diantara mereka (peserta didik ) yang cerdas dan yang
lemah, untuk mengenal latar belakang psikologis dan lingkungan peserta didik,
terutama yang mengalami kesulitan belajar untuk selanjutnya dapat digunakan
sebagai perbaikan/pembimbingan terhadap murid tersebut. Dalam evaluasi
pendidikan mempunyai prinsip-prinsip yang mendasar yaitu prinsip kesinambungan
(kontinuitas), prinsip menyeluruh (komperehensif), prinsip objektivitas.
Evaluasi
pendidikan islam mempunyai syarat-syarat tertentu, yaitu Validity, terkait
dengan hal-hal yang seharusnya dievaluasi yang ingin diketahui atau diselidiki.
Reliable, terkait dengan keterpercayaan, yaitu bahwa soal yang disusun dapat
memberikan keterangan tentang kesanggupan peserta didik yang sesungguhnya,
serta tidak menimbulkan tafsiran yang beraneka ragam. Efisiensi, berkaitan
dengan kemudahan dalam pengadministrasian, penilaianm dan interpretasian. Sedangkan
macam-macam ecaluasi pendidikan dilihat
dari fungsi dan tujuannya terdiri dari berbagai macam, yaiitu evaluasi
formatif, ditujukan untuk mengetahui hasil
kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan oleh guru dan dicapai
oleh peserta didik. Evaluasi sumatif, evaluasi yang dilakuakan untuk mengetaui
hasil belajar yang dicapai peserta didiksetelah mengikuti pelajaran dalam satu
caturwulan / semester. Evaluasi pkacement, dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan peserta didik sebelum mnegikuti pelajaran. Evaluasi
dioagnosis, yaitu evaluasi yang ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis
tentang keadaan peserta didik.
TANGGUNG
JAWAB PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan
islam adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran islam
sebagaimana yang tercantum dalam al-qur’an dan hadis serta pemikiran ulama dan
praktek sejarah umat islam. Tanggung jawab pendidikan ini merupakan tanggung
jawab orang tua, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab
dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban melaksanakan pendidikan. Jadi tanggung
jawab pendidikan dalam islam adlah kewajiban melaksakan pendidikan menurut
pandanagan islam. Kewajiban melaksanakan pendidikan islam itu direalisasikan
dalam wujud memberikan bimingan. Dalam GBHN Ketetapan No.IV/MPR/1987 berkenaan
dengan pendidikan dikemukakan antara lain sebagai berikut :”Pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanaakan di dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Dari penjelasan diatas dapat dikemukakan bahwa :
1.
Tanggung
jawab orang tua
Orang tua memiliki tanggung jawab yang
sangat besar bagi terselenggaranya pendidikan, bahkan di tangan orang tualah
pendidikan anak ini dapat terselenggara. Tanggung jawab tersebut seperti :
memelihara dan membebaskan anak, melindungi dan menjamin kesamaan, member
pengajaran dalam arti yang luas, membahagiakan anak baik di dunia maupun di
akhirat.
2.
Tanggung
jawab sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dan
pengajaran telah ada sejak zaman dulu, lembaga ini merupakan lembaga pendidikan
forma yang bertugas untuk menambah ilmu pengetahuan dan kecerdasan akal. Tugas
dan tanggung jawab sekolah terhadap pendidikan ini terbatas pada wewenang yang
diberikan kepada orang tua. Pemikul tugas dan tanggung jawab sekolah adalah
guru
3.
Tanggung
jawab masyarakat
Masyarakat turut serta memikul tanggung
jawab pendidikan. Masyarakat memberikan pengaruh besar dalam memberikan arah
pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di
dalamnya.
4.
Tanggung
jawab pemerintah
Landasan tanggung jawab pemerintah dalam
pendidikan, pasal 31 Amandemen UUD 1945 ayat (1) menyatakan, “Setiap warga
Negara berhak mendapatkan pendidikan” dan ayat (2) “Setiap warga Negara wajib
mengkuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Janji pemerintah
ini dikukuhkan lagi dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang disahkan
DPR 11 Juni 2003, ditandatangani presiden 8 Juli 2003.
Rasulullah SAW juga bersabda
bahwa:”Pemimpin (pemerintah) adalah pengabdi atau pelayan masyarakat sehingga
pemerintah bertanggung jawab dalam menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana
khususnya duni pendidikan di wilayahnya.
LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Lembaga
pendidikan merupakan suatu badan, organisasi, wadah atau tempat berlangsungnya
proses pendidikan islam, yang didalamnya terdapat norma, sangsi hukum, sarana
dan prasarana guan tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar. Lembaga
pendidikan islam berupa non-fisik mencakup semua peraturan-peraturan yang tetap
mauoun berubah, sedangkan bentuk fisik berupa bangunan seperti masjid,
pesantren, kuttab, madrasah. Bentuk fisik ini sebagai tempat untuk melaksanakan
peraturan-peraturan, yang penanggung jawabnya adalah suatu badan, organisassi,
orang tua, yayasan, dan negara. Sedangkan lingkungan pendidikan merupakan suatu
institusi atau kelembagaan dimana pendidikan tersebut berlangsung, lingkungan
tersebut berupa lingkungan keluarga, keluarga merupakan lingkungan
pendidikan pertama sebelum mengenal lingkungan pendidikan lainnya. Lingkungan
sekolah, sekolah merupaka lembaga kedua setelah keluarga, disinilah sekolah
berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan dan pengajaran
kepada anak didik, seperti pendidikan budi pekerti dan keagamaan.
Lingkungan
masyarakat, corak dan ragam pendidikan yang dapat diperoleh peserta didik dari
masyarakat banyak sekali, yaitu meliputi segala bidang, baik pembentukan
kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat maupun pembentukan
kesusilaan dan keagamaan. Lembaga pendidikan dilihat dari segi penanggung
jawabnya terdapat lembaga pendidikan in-formal yaitu keluarga. Lembaga
pendidikan formal seperti sekolah/madrasah. Lembaga non-formal yaitu
masyarakat. Lembaga pendidikan islam dilihat dari aspek tempat dan waktu yaitu
periode pembinaan meliputi keluarga atau rumah tangga. Periode keemasan, pada
periode ini terjadi pada masa Dinast Abbasiyah ataupun masa Umayyah di Spanyol.
Lembaga pendidikan islam pada periode ini seperti : mesjid, kuttab, kedai dan
took buku, ribath, dan salon – salaon kesustraan. Periode penurunan, periode
ini dimulai pada abad 11 M sampai abad ke 15 M, lembaga pendidikan islam pada
periode ini ditekankan pad study keagamaan. Karakteristik yang menonjol adalah
tumbuhnya sekolah-sekolah untuk anak yatim dan orang – orang miskin. Periode
stagmasi, dimulai pada abad ke 15 – 19 M. Keadaan ini lembaga pendidikan islam
mundur dan bahkan mengalami kehancuran. Periode modern, pada abad ke 19 M pada
periode ini umat islam sudah muali sadar akan kelemahan dan kemunduran
kebudayaan dan peradabannya.