Senin, 16 Juni 2014

RESUME MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM



Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Darmu’in, M.Ag

bukuasia.jpg










Disusun Oleh PAI B:
Laila Romdhoningsih (133111073)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2014
ALIRAN – ALIRAN PENDIDIKAN
          Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, banyak bermunculan pemikiran – pemikiran yang dianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan, dimana pemikiran-pemikiran ini adalah kemungkinan yang menjadi factor penyebab keberhasilan dalam pendidikan, oleh karenanya banyak teori yang bermunculan yang dikemukakan oleh para pemikir yang bermuara pada munculnya aliran – aliran, diantaranya :
1.      Aliran Empirisme, yang mengemukakan bahwa pengalaman yang diperoleh anak melalui hubungan dengan ingkungan.
2.      Aliran Nativisme, aliran yang berpandangan bahwa perkembangan individu pada anak ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir
3.      Aliran Naturalisme, aliran ini berpandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia ini mempunyai pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan rusak apabila mendapat pengaruh dari lingkungan sehingga aliran ini sering disebut sebagai aliran Negativisme.
4.      Aliran Konvergensi, aliran ini mengemukakan bahwa anak lahir di dunia ini telah mempunyai bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkunangan.
5.      Aliran Progesivisme, aliran ini mengemukakan bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan, dan dapat menghadapi masalah yang bersifat menekan
6.      Aliran Esensialisme, aliran ini berpendapat bahwa pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan.
7.      Aliran Perenialisme, yaknikepercayaan harus didasarkan pada aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu djadikan dasar pendidikan sekarang.
8.      Aliran Konstruktivisme, aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan manusia dihasilkan dari kontruksi kognitif.
Pandangan islam berbeda dengan pendirian yang dikemukakan olehn para ahli mengenai aliran – aliran pendidikan. Islam menampilkan teori potensi positif (fitrah) sebagai dasar perkembangan manusia. Potensi ini dapat berupa keyakinan beragama perilaku untuk menjadi baik dan buruk, semua itu harus dikembangkan agar ia tumbuh sebagai hamba Allah yang sewajarnya.
RELEVANSI ALIRAN – ALIRAN PENDIDIKAN DENGAN DASAR – DASAR AJARAN ISLAM
Dasar – dasar ajaran islam yaitu al- qur’an dan as-sunnah. Al-qur’an yang berisi mengenai akidah dan syari’ah Al-qur’an dijadikan sebgai sumbur utama dan pertama dalam pendiidkan islamkarena nilai absolute yang terkandung didlamnyayang datag dari Allah. Sedangkan as-sunnah dijadilkan sebgai sumber kedua setelah al-qur’an. Relevansi aliran pendidikan islam dengan dasar – dasar ajaran islam yaitu :
1.      Relevansi aliran nativisme dengan dasar ajaran islam
Dalam hubungan dengan konsepsi kependidikan islam yang nativis, factor pembawaan diakui sebagai unsure pembentukan corak keagamaan dalam diri manusia.
2.      Relevansi aliran empirisme dengan dasar ajaran islam
Alean ini aberanggapan bahwa lingkunganlh yang berpengaruh terhadaap perkembangan dan pertumbuhan anak,seperti dalam ayat An-Nahl ayat 78
ยช!$#ur Nรค3y_t÷zr& .`รiB รˆbqรครœรง/ รถNรค3รF»yg¨Bรฉ& Ÿw šcqรŸJn=÷รจs? $\«รธx© Ÿ@yรจy_ur รฃNรค3s9 yรฌรดJ¡¡9$# t»|รรถ/F{$#ur noyร«รธรนF{$#ur   รถNรค3ยช=yรจs9 šcrรฃรค3รด±s? ร‡รร‘รˆ  
78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Ayat diatas menjelaskan bahwa kita harus melakukan pendidikan karena kita dilahirkan dalm keadaan tidak tau apa-apa.
3.      Relevansi aliran konvergensi dengan dasar ajaran islam
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh factor pembawaan dan lingkungan. Seperti firman Allah (QS. Asy-syams:7-10)
<§รธรฟtRur $tBur $yg1§qy ร‡รรˆ   $ygyJolรน;r'sรน $yduqรจgรฉรบ $yg1uqรธ)s?ur ร‡ร‘รˆ   รดs% yxn=รธรนr& `tB $yg8©.y ร‡ร’รˆ   รดs%ur z>%s{ `tB $yg9¢yŠ ร‡รŠร‰รˆ  
Artinya “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
Manusia diberi kemungkinan untuk mendidik diri dan orang lain menjadi sosok pribadi yang beruntung sesuai dengan kehendak Allah melalui berbagai metode ikhtiyar-nya.






KONSEPSI ISLAM TENTANG FITRAH MANUSIA
Fitrah Allah kepada manusia berarti pengadaan dan penciptaan yang dilakukan Allah kepada manusia terhadap suatu jenis ciptaan tertentu yang memungkinkannya untuk melakukan sesuatu perbuatan atau mencapai suatu tujuan tertentu. Mengenai hubungan manusia dan pendidikan islam mengacu pada tujuan bersama dalam menghadirkan perubahan tingkah laku, sikap, dan kepribadian setelah seseorang mengalami proses pendidikan. Maka konsep fitrah terhadap pendidikan islam bahwa seluruh aspek dalam menunjang seseorang menjadi manusia secara manusiawi adanya penyesuaian akan aktualisasi fitrah-nya yang diharapkan, yakni pertama  konsep fitrah mempercayai bahwa secara alamiah manusia itu positif (fitrah), baik secara jasadi, nafsani, maupun rohani, Kedua mengakui bahwa salah satu komponen terpenting manusia adalah qalbu. Perilaku manusia bengantung pada qalbunya. Di samping jasad, akal, manusia dapat mengetahui sesuatu (di luar nalar) berkecenderungan kepada yang benar dan bukan yang salah (termasuk memiliki kebijaksanaan, kesabaran, dan kekuatan) untuk mempengaruhi benda dan peristiwa. Fitrah manusia dalam perspektif islam dan implikasinya dalam pendidikan, Ali Syari’ati mengungkapkan lima faktor yang secara continue dan stimulan membangun personalitas anak didik, yaitu : Faktor ibu yang memberi struktur dan dimensi kerohanian yang penuh dengan kasih saying dan kelembutan, Faktor ayah yang memberikan dimensi kekuatan akan harga diri, faktor sekolah yang membantu terbentuknya sifat, faktor masyarakat dan lingkungan yang memberikan sarana empiris bagi anak, Faktor kebudayaan umum masyarakat yang member pengetahuan dan pengalaman tentang corak kehidupan manusia. Kelima faktor tersebut, merupakan stimulant yang dapat mengembnagkan fitrah anak didik dalam berbagai dimensinya. Karena manusia memiliki sifat yang suci dan bersih, orang tua dituntut untuk tetap menjaganya dengan membiasakan hidup anak didiknya pada kebiasaan baik, serta melarang kebiasaan yang baik, serta melarang mereka untuk membiasakan diri untuk berbuat buruk.




TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan pendidikan islam adalah perubahan yang diharapkan pada peserta didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu , kehidupan pribadinya aupun kehidupan masyarakat  dan alam sekitarnya dimana individu itu hidup. Tujuan pendidikan islam mempunyai beberapa macam tujuan, yakni tujuan umum yakni untuk mencapai kedewasaan, tujuan sementara untuk mencapai kemampuan, tujuan perantara yang berkaitan dengan pembelajaran anak, tujuan insidentil yakni tujuan yang akan dicapai pada saat itu juga, tujuan tidak lengkap yakni tujuan mengenai  satu aspek kepribadian.  Namun tujuan pendidikan islam itu sendiri terbagi menjadi tiga tahap yaitu tujuan tertinggi yakni untuk menjadikan hamba Allah yang paling taqwa, dan mengantarkan peserta didik menjadi khalifah fil ard, dan memperoleh kebahagian di dunia dan diakhirat. Tujuan umum yaitu metode atau perubahan yang dikehendaki yang diusahakan oleh pendidikan untuk mencapainya, Prof. Mohd. Athiya El-Abrasyi dalam kajiannya menyimpulkan lima tujuan umum asasi bagi pendidikan islam, yakni untukn membantu pembentukan akhlak yang mulia, persiapan untuk kehidupan di dunia dan di akhirat, persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi – segi kemanfaatan, menumbuhkan roh ilmiah pada pelajar dan memuaskan keinginan arti untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu hanya sekedar sebagai ilmu, menyiapkan pelajar dari segi professional maupun teknis. adapun tujuan khusus menyangkut perubahan – perubahan yang diingini yang bersifat cabang. Tujuan tersebut dapat berupa memperkenalkan kepada generasi muda akan akidah islam, menanamkan keimanan terhadap Allah SWT, menanamkan rasa cinta dan penghargaan terhadah al-qur’an dan sebagainya. Sedangkan fungsi dari pendidikan islam itu sendiri adalah memberikan arah bagi proses pendidikan, memberikan motivasi dalam aktivitas pendidikan, kriteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan. Dan salah satu ciri manusia ideal dalam perspektif islaam adalah mempunyai sifat yang bercorak agama dan akhlak, sifat keseluruhannya mencakup segala aspek pribadi pelajar dan semua aspek perkembangan masyarakat, sifat keseimbangan, kejelasan, dan tidak adanya pertentangan antara unsur – unsur dan cara pelaksanaannya, dan sifat realistic dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan kehidupan, memperhitungkan perbedaan – perbedaan perseorangan.
PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan.seoran pendidik dalam islam harus berperan sesuai tugas dan kompetensi yang telah ditentukan. Tugas pendidik anatara lain : membimbing peserta didik, mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat, dan lain sebagainya. Selain itu pendidik juga harus menciptakan situasi yang kondusif untuk pendidikan. Pendidik juga harus mempunyai kompetensi – kompetensi, Menurut Mulyasa kompetensi tersebut antara lain : pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), kemampuan ( skill), nilai (value), sikap (attitude), minat (interest) . Sedangkan menurut Evans dan Evans kompetensi tersebut anata lain : kompetensi professional religious, kompetensi personal religious, dan kompetensi social religious.
Keutamaan pendidik dalam ajaran islam sanagat penting sekali, karena pendidik merupakan sumber dari sebuah ilmu pengetahuan, kedudukan seorang guru setingkat dibawah kedudukan rosul / nabi karena islam sangat menghargai ilmu pengetahuan, tergamabar dalam hadis seperti “ Apabila seorang guru meninggal, maka terjadilah kekosongan dalam islam yang tidak dapat diisi kecuali oleh seorang alim yang lain.”. Jenis – jenis pendidik ada pendidik kuttab, yakni pendidik yang mengajarkan al – qur’an kepada nak – anka di kuttab. Pendidik umum, yang mengajar di lembaga-lembaga pendidikan yang mlaksanakan pendidikan islam secara formal. Pendidik Khusu atau muadhib yakni pendidik yang memberikan pelajaran khusus kepada seorang atau lebih dari seorang pembesar, pemimpin Negara atau khalifah, seperti pendidikan yang dilaksanakan di rumah – rumah terstentu di istana. Syarat – syarat menjadi pendidik yaitu beragama, mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama, harus memiliki perasaan panggilan murni, tidak kalah dengan guru – guru umum lainnya dalam hal membentuk warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab atas kesejahteraan bangsa dan tanah air. Sifat – sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik menurut Prof. Dr. Moh. Athyah al – abrasy adalah memiliki sifat zuhud, harus bisa menjaga fisik dan hatnya dari sifat – sifat yang tercela, ikhlas dalam pekerjaan, mengetaui karakter murid-muridnya, mengetahui dan menguasai materi pelajaran dengan baik, cinta dan saying kepada murid- muridnya, bersifat pemaaf, sanggup menahan diri dari kemarahan, lapang hati, dan sabar.
PESERTA DIDIK
Peserta didik merupakan makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing – masing. Mereka memerlukan bimbingan dan penganugrahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. Pada pengertian lain peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologi, sosial dan religious dalam mengurangi kehidupan di dunia dan diakhirat kelak. Pendidikan sendiri sebenarnya memiliki aspek – aspek kepentingan anatara lain : Aspek pedagogis, aspek ini memandang bahwa manusia sebagai makhluk yag memerlukan pendidikan. Aspek sosio-kultural, pada prinsip ini makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau yang memiliki instink untuk hidup bermasyarakat. Aspek tauhid, memandang manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Pertumbuhan peserta didik mempunyai tiga aspek yakni ; berdasarkan biologis, yakni masa embrio, masa kanak – kanak, masa kuat (kuat jasmani dan rohani), masa tua dan masa meninggal. Psikologis, meliputi masa kanak – kanak : dari lahir sampai umur 7 tahun, pada saat berumur 40 hari dapat melihat, tersenyum, merasakan sakit, dan merasakan uang air . umur 6 bulan mempunyai kemauan, kemudian umur 7 buan mulai tumbuh gigi. Dan diktatis, periode pendidikan pertama sejak lahir sampai umur 6 tahun. Periode ini adalah masa pendidikan secara pembiasaan dalam hal-hal yang baik-baik. Perode pendidikan kedua anak dididik mengenai kesusilaan. Perode pendidikan ketiga anak didik mulai dipisahkan orang tuanya, periode ini menginjak pada usia 9 tahun. Periode pendidikan keempat anak yang telah berumur 13 tahun, diharuskan untuk sholat dan menenangkan jiwanya, karena masa ini adalah masa pubertas yang mengalami kegoncangan – kegoncangan jiwa sehingga butuh bimbingan. Periode pendidikan kelima, pada umur 16 tahun masa ini menuju masa kedewasaan. Periode yang keenam yakni bagi umur dewasa (16-21 tahun), pada waktu ini orang tua akan melepaskan anaknya dan anak bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Terdapat juga berbagai macam teori belajar yakni teori belajar behaviorisme, teori behavoristik, aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori belajar kognitivisme, model ini menenkankan pada bagaimana informasi diproses, serta peserta didik diharapkan mampu menyerap apa yang didapatkan dari guru. Teori belajar konstruktivisme, teori ini diartikan sebagai suatu upaya untuk membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu nbahwa pengetahuan dibangun oelh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Teori Humanisme, aliran ini memandang bahwa belajar bukan hanya pengembanagan kualitas saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Domain – domain tersebut meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain teori ini menekankan pada pentingnya emosi dan perasaan, komunikasi terbuka. Proses belajar harus dimulai dan ditunjukkan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri.  

KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
            Kurikulum merupakan segala kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yakni tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional. Kurikulum berfungsi bagi kepentigan – kepentingan yang lain, antara lain : Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, terdapat tujuan Nasional, Tujuan Kurikuler, dan tujuan instruksional. Fungsi kurikulum bagi anak diharpkan mereka akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak dapat dikembangkan seiring dengan perkembanagan anak guna melengkapi bekal hidup. Fungsi kurikulum bagi guru yakni sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar pada anak didik, sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor juga mempunayi tanggungn jawab daalam kurikulum, Fungsi kurikulum bagi orang tua murid, yaitu agar orang tua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Fungsi kurikulum bagi sekoalh pada tingkat diatasnya yaitu sebagai pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan penyiapan tenaga baru.
Ciri-ciri kurikulum menurut Abdurrahman An-Nahlawy, diantaranya system dan perkembangan kurikulum tersebut hendaknya selaras deengan fitrah insani, kurikulum yang dimaksud hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan islam, pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodesasi perkembangan peserta didik, dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, hendaknya kurikulum memelihara segala kebutuhan nyata kehidupan masyarakat, hendaknya kurikulum itu relistik, hendaknya kurikulum tidak bertentangan dengan syari’at islam, hendaknya metode pengajaran dalam kurikulum bersifat luwes atau tidak kaku.
Macam – macam kurikulum pendidikan islam ada dua macam, yakni Pendidikan islam formal, meliputi PAUD, RA, MI, MTs, DAN PTAIN. Pendidikan islam nonformal meliputi pondok pesantren dan Majelis Ta’lim.


METODE PENDIDIKAN ISLAM
            Metode pendidikan islam merupakan cara atau prosedur umum dalam menyampikan materi untuk mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan pada syari’at islam. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak sekali metode – metode yang digunakan dalam dalam pendidikan islam, ada metode problem sloving, metode eksperimen, metode hiwar, ceramah, diskusi, tanya jawab dan lain sebagainya.
Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian atau penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh guru terhadap siswanya, sedangkan metode diskusi merupakan cara penyampaian materi bahan ajar dimana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapat, membuat kesimpulan dan menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah, sedaangkan metode Tanya jawab adaalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan pertanyaan, sedangkan siswa menjawab. Didalam metode pendidikan islam menggunkan prinsip – prinsip seperti :
1.      Berdasar pada nilai. Metode pendidikan islam tetap berdasar pada nilai etika-moral ( al akhlaq al  karimah ).
2.      Mempermudah
3.      Sesuai dengan kemampuan dan usia akal anak.
4.      Bertumpu pada kebenaran, artinya materi yang disampaikan harus benar, disampaikan dengan cara yang benar dan dengan niat yang benar
5.      Niat dan orientasi dalam pendidikan islam.
6.      Kejujuran dan amanah.
7.      Dalam memutuskan sesuatu hendaknya selalu memiliki kesatuan pandangan dan tidak berselisih paham yang dapat membawa pertentangan bahkan pertengkaran
Masing – masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan, hanya saja, metode tersebut dikatakan baik apabila digunakan pada kondisi dan situasi yang tepat sesuai dengan kemampuan peserta didiknya. Untuk itu, seorang pendidik harus dapat menguasai materi bahan ajar dan dapat menggunakan metode – metode tersebut dengan baik, sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan metode pendidikan yang mnoton akan menjadikan peserta didik bosan, untuk itu dapat digunakan berbagai macam metode agar peserta didik tidak merasa bosan.
EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM
            Evaluasi pendidikan merupakan suatu penelitian terhadap seluruh komponen penyelenggaraan pendidikan, terutama hasilnya, berupa peningkatan dan perubahan yang terjadi pada  diri peserta didik setelah mereka mengikuti kegiatan pendidikan dan pengajaran. Fungsi evaluasi pendidikan islam yakni sebagai penempatan, bahwa penilaian dapat dipakai untuk membuat keputusan tentang apakah murid diizinkan masuk ke progam spesifik atau tidak. Evaluasi berfungsi sebagai selektif, dengan cara mengadakan penilaian, guru mempunyai cara untuk mengadakan penilaian terhadap muridnya. Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan yakni untuk mengetahui sejauh mana suatu progam berhasil diterapkan. Fungsi evaluasi sebagai diagnostic, yakni untuk mengetahui sebab musabab kelemahan murid. Sedangkan tujuan dari evaluasi pendidikan islam adalah untuk menegetahui kadar pemahaman peserta didik terhapa materi pelajaran, menentukan hasil kemajuan belajar peserta didik, melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, untuk mengetahui siapa diantara mereka (peserta didik ) yang cerdas dan yang lemah, untuk mengenal latar belakang psikologis dan lingkungan peserta didik, terutama yang mengalami kesulitan belajar untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai perbaikan/pembimbingan terhadap murid tersebut. Dalam evaluasi pendidikan mempunyai prinsip-prinsip yang mendasar yaitu prinsip kesinambungan (kontinuitas), prinsip menyeluruh (komperehensif), prinsip objektivitas.
Evaluasi pendidikan islam mempunyai syarat-syarat tertentu, yaitu Validity, terkait dengan hal-hal yang seharusnya dievaluasi yang ingin diketahui atau diselidiki. Reliable, terkait dengan keterpercayaan, yaitu bahwa soal yang disusun dapat memberikan keterangan tentang kesanggupan peserta didik yang sesungguhnya, serta tidak menimbulkan tafsiran yang beraneka ragam. Efisiensi, berkaitan dengan kemudahan dalam pengadministrasian, penilaianm dan interpretasian. Sedangkan macam-macam ecaluasi  pendidikan dilihat dari fungsi dan tujuannya terdiri dari berbagai macam, yaiitu evaluasi formatif, ditujukan untuk mengetahui hasil  kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan oleh guru dan dicapai oleh peserta didik. Evaluasi sumatif, evaluasi yang dilakuakan untuk mengetaui hasil belajar yang dicapai peserta didiksetelah mengikuti pelajaran dalam satu caturwulan / semester. Evaluasi pkacement, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik sebelum mnegikuti pelajaran. Evaluasi dioagnosis, yaitu evaluasi yang ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis tentang keadaan peserta didik.
TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN ISLAM

Pendidikan islam adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran islam sebagaimana yang tercantum dalam al-qur’an dan hadis serta pemikiran ulama dan praktek sejarah umat islam. Tanggung jawab pendidikan ini merupakan tanggung jawab orang tua, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Tanggung jawab dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban melaksanakan pendidikan. Jadi tanggung jawab pendidikan dalam islam adlah kewajiban melaksakan pendidikan menurut pandanagan islam. Kewajiban melaksanakan pendidikan islam itu direalisasikan dalam wujud memberikan bimingan. Dalam GBHN Ketetapan No.IV/MPR/1987 berkenaan dengan pendidikan dikemukakan antara lain sebagai berikut :”Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanaakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Dari penjelasan diatas dapat dikemukakan bahwa :
1.      Tanggung jawab orang tua
     Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar bagi terselenggaranya pendidikan, bahkan di tangan orang tualah pendidikan anak ini dapat terselenggara. Tanggung jawab tersebut seperti : memelihara dan membebaskan anak, melindungi dan menjamin kesamaan, member pengajaran dalam arti yang luas, membahagiakan anak baik di dunia maupun di akhirat.
2.      Tanggung jawab sekolah
     Sekolah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran telah ada sejak zaman dulu, lembaga ini merupakan lembaga pendidikan forma yang bertugas untuk menambah ilmu pengetahuan dan kecerdasan akal. Tugas dan tanggung jawab sekolah terhadap pendidikan ini terbatas pada wewenang yang diberikan kepada orang tua. Pemikul tugas dan tanggung jawab sekolah adalah guru
3.      Tanggung jawab masyarakat
     Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Masyarakat memberikan pengaruh besar dalam memberikan arah pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya.
4.      Tanggung jawab pemerintah
     Landasan tanggung jawab pemerintah dalam pendidikan, pasal 31 Amandemen UUD 1945 ayat (1) menyatakan, “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan” dan ayat (2) “Setiap warga Negara wajib mengkuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Janji pemerintah ini dikukuhkan lagi dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang disahkan DPR 11 Juni 2003, ditandatangani presiden 8 Juli 2003.
               Rasulullah SAW juga bersabda bahwa:”Pemimpin (pemerintah) adalah pengabdi atau pelayan masyarakat sehingga pemerintah bertanggung jawab dalam menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana khususnya duni pendidikan di wilayahnya.
LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
           
Lembaga pendidikan merupakan suatu badan, organisasi, wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan islam, yang didalamnya terdapat norma, sangsi hukum, sarana dan prasarana guan tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar. Lembaga pendidikan islam berupa non-fisik mencakup semua peraturan-peraturan yang tetap mauoun berubah, sedangkan bentuk fisik berupa bangunan seperti masjid, pesantren, kuttab, madrasah. Bentuk fisik ini sebagai tempat untuk melaksanakan peraturan-peraturan, yang penanggung jawabnya adalah suatu badan, organisassi, orang tua, yayasan, dan negara. Sedangkan lingkungan pendidikan merupakan suatu institusi atau kelembagaan dimana pendidikan tersebut berlangsung, lingkungan tersebut berupa lingkungan keluarga, keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama sebelum mengenal lingkungan pendidikan lainnya. Lingkungan sekolah, sekolah merupaka lembaga kedua setelah keluarga, disinilah sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik, seperti pendidikan budi pekerti dan keagamaan.
Lingkungan masyarakat, corak dan ragam pendidikan yang dapat diperoleh peserta didik dari masyarakat banyak sekali, yaitu meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Lembaga pendidikan dilihat dari segi penanggung jawabnya terdapat lembaga pendidikan in-formal yaitu keluarga. Lembaga pendidikan formal seperti sekolah/madrasah. Lembaga non-formal yaitu masyarakat. Lembaga pendidikan islam dilihat dari aspek tempat dan waktu yaitu periode pembinaan meliputi keluarga atau rumah tangga. Periode keemasan, pada periode ini terjadi pada masa Dinast Abbasiyah ataupun masa Umayyah di Spanyol. Lembaga pendidikan islam pada periode ini seperti : mesjid, kuttab, kedai dan took buku, ribath, dan salon – salaon kesustraan. Periode penurunan, periode ini dimulai pada abad 11 M sampai abad ke 15 M, lembaga pendidikan islam pada periode ini ditekankan pad study keagamaan. Karakteristik yang menonjol adalah tumbuhnya sekolah-sekolah untuk anak yatim dan orang – orang miskin. Periode stagmasi, dimulai pada abad ke 15 – 19 M. Keadaan ini lembaga pendidikan islam mundur dan bahkan mengalami kehancuran. Periode modern, pada abad ke 19 M pada periode ini umat islam sudah muali sadar akan kelemahan dan kemunduran kebudayaan dan peradabannya.