Urgensitas
pendidikan bagi perkembangan peradaban bangsa nampak disadari oleh masyarakat
Islam Indonesia. Sebagai penduduk mayoritas Negara Indonesia, mereka berupaya
secara maksimal agar memiliki institusi untuk mencetak generasi muslim
Indonesia yang intelek. Berbagai upaya telah mereka lakukan diantaranya
membentuk madrasah – madrasah sampai kepada Perguruan Tinggi Islam, dengan
tujuan sebagai sarana untuk mengembangkan potensi – potensi yang terdapat pada
masyarakat Islam. Perlu diketahui bahwa Pendidikan Islam di Indonesia telah
memberikan warna baru bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.
Pendidikan
Islam di Indonesia mulai berkembang sejak sebelum kemerdekaan bangsa ini
terwujud. Sebagai bukti konkritnya, Islam telah merintis Sekolah Tinggi Islam
(STI) sebagai respon yang tepat menanggapi keadaan masyarakat Islam Indonesia
pada saat itu. Hal ini dapat dijadikan sebuah solusi guna memajukan peradaban
bangsa Indonesia yang sedang mengalami keterpurukan.
Adapun
Sekolah Tinggi Islam (STI) ini dalam perjalanannya, mengalami berbagai
perubahan dan perkembangan sesuai dengan tuntutan zaman. Dimulai dari Sekolah
Tinggi Islam (STI) di Jaman Jepang, sebagai respon keinginan umat Islam untuk
mempelajari agama, sampai kepada terbentuknya Universitas Islam Negeri yang ada
sekarang ini, sebagai sarana untuk membentuk sumber daya manusia yang mampu
berkompetisi, guna menyongsong milennium baru dengan persaingannya yang semakin
ketat.
Periodesasi
dan Perkembangan Perguruan Tinggi Islam (STI) di Indonesia
Sebelum
Indonesia merdeka, pada tahun 1938 di Jawa juga sudah muncul gagasan untuk
membentuk Sekolah Tinggi Islam, yang di cetuskan oleh Dr. satiman di Majalah PM
No.15, yang terkenal dengan istilah “pesantren luhur”, sebagai tempat mendidik
para mubaligh yang intelek. Meskipun gagasan ini disambut baik, dengan
diadakannya musyawarah tiga badan pendiri sekolah tinggi di Jakarta, Solo dan
Surabaya. Namun gagasan ini terhambat karena penjajahan Jepang pada saat itu.
Usaha umat Islam akhirnya terwujud kembali, dengan terbentuknya Sekolah Tinggi
Islam, Sekolah Tinggi ini merupakan sekolah tinggi pertama di Indonesia, yang
bertujuan untuk mencetak para ulama yang intelek. Sekolah Tinggi ini berada di
Minangkabau yang berdiri pada tanggal 9 Desember 1940, atas prakarsa Mahmud
Yunus sebagai ketua persatuan guru – guru agama Islam (PGAI) di Padang. Namun
sekolah ini hanya berjalan kurang lebih dua tahun lamanya. Hal ini dikarenakan
penjajahan Jepang atas Indonesia, yang tidak mengijinkan berdirinya Sekolah
Tinggi Islam. Namun atas tekad yang kuat dari umat Islam untuk mendirikan
Sekolah Tinggi Islam (STI), maka berdirilah pada bulan Juli 1945, atas
inisiatif para pemimpin Islam dalam yayasan Studi Islam Jakarta, yang diketuai
Moh. Hatta dan M. Natsir dengan anggota yang terlibat antara lain KH Wahid
Hasyim, KH Mas mansyur, KH Fathurahman Kafrawi dan KH. Abdul Kahar Muzakkir.
Namun akibat
terjadinya pergolakan politik yang menyebabkan berpindahnya pusat pemerintahan
dari Jakarta ke Yogyakarta, STI pun ikut berpindah ke Yogyakarta. dan yang
resmi berganti nama pada tanggal 22 Maret 1948 menjadi Universitas Islam
Indonesia (UII), dengan tambahan Fakultas – Fakultas baru. Sehingga berjumlah 4
Fakultas, antara lain: 1) Fakultas Agama; 2)Fakultas Hukum; 3) Fakultas
Ekonomi; 4) Fakultas Pendidikan.
Setelah
Indonesia merdeka pusat pemerintahan kembali ke Jakarta, pemerintah menawarkan
kepada UII untuk dinegerikan. Dan UII pun menerima dengan syarat berada di
bawah naungan Departemen Agama. Sehingga yang bisa dinegerikan hanya satu
Fakultas yaitu Fakultas Agama dengan PP NO. 4 Tahun 1950 yang ditandatangani
Presiden pada tanggal 14 Agustus 1950 dan diserahkan kepada pemerintah dengan
nama baru, yaitu Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Sehingga UII
tidak lagi memiliki Fakultas Agama.
Selain itu
para pemimpin Islam juga mendirikan Universitas Islam di Solo (UIS) pada
tanggal 22 Januari 1950, yang kemudian pada tanggal 20 Februari 1951 disatukan
dengan UII dengan nama Universitas Islam Indonesia.
Namun,
setelah berjalan beberapa tahun, kemampuan PTAIN di Yogyakarta, tidak memadai
lagi untuk menampung minat calon mahasiswa Islam Indonesia. Selain itu, jumlah
guru agama kuantitasnya belum memenuhi standar yang dibutuhkan pada saat itu,
maka untuk solusinya dibentuklah pada tanggal 1 Juni 1957 Akademi Dinas Ilmu
Agama (ADIA) di Jakarta, berdasarkan Peraturan Menteri Agama No. 1 Tahun 1957,
yang terdiri dari dua jurusan, yaitu: Pendidikan Agama dan Sastra. Selanjutnya
ketika Departemen Agama membutuhkan banyak tenaga kerja seperti Hakim dan
tenaga ahli agama, Maka ADIA menambah jurusan, yaitu jurusan Hakim Agama. Namun
ADIA merupakan Sekolah Tinggi Islam yang hanya baru dapat mencetak tenaga
pengajar dan pegawai di lingkungan Departemen Agama saja.
Dalam
perkembangannya terjadi perpaduan yang sangat hebat dalam perguruan Tinggi
Islam di Indonesia, yaitu bersatunya PTAIN di Yogyakata dengan ADIA di Jakarta
menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Hal ini dilatarbelakangi oleh
keinginan Gubenur Aceh membuat perguruan tinggi Islam dan umum untuk pemulihan
keamanan. Maka disetujui oleh presiden, namun dalam perealisasiannya terjadi
perebutan pelaksanaan antara menteri P dan K dengan Menteri Agama. Maka diadakan
perundingan yang memutuskan hanya Departemen P dan K yang berhak mengelola
Universitas sedangkan Depatemen lainya hanya dibolehkan mengelola “Akademi
Dinas”. Dan keluar PP No.11 Tahun 1960, yang membentuk IAIN . Pada awalnya IAIN
terbagi menjadi dua bagian, di Jakarta dan Yogyakarta, yang keduanya menjadi
koordinator pusat untuk fakultas – fakultas yang berada di daerah.
Namun
setelah berkembang fakultas – fakultas yang berada di daerah menggabungkan
diri, dengan syarat memiliki sekurang – kurangnya tiga fakultas. Hal ini dapat
dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden No. 27 Tahun 1963. Dan pada
perkembangan selanjutnya, bagi fakultas yang tidak memenuhi syarat menjadi
IAIN, pada tahun 1997 dibentuk menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN), berdasarkan KEPPRES No. 11 tahun 1997.
Setelah
beberapa puluh tahun eksistensi IAIN dengan ilmu – ilmu Agamanya, Maka timbul
gagasan baru untuk menambah ilmu – ilmu umum bagi para mahasiswanya. Gagasan
ini merupakan ide dari MENAG Tarmidzi Taher yang dicoba untuk didiskusikan
dengan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Pada Saat itu, Harun Nasution, yang
sebelumnya juga sudah memikirkan hal tersebut. Hal ini didasarkan atas
kebutuhan umat yang semakin berkembang dengan pola pikir yang maju, pada era
bertekhnologi mutakhir. Sehingga yang dibutuhkan Masyarakat tidak hanya ilmu
agama melainkan sains.
Gagasan
tersebut baru terealisasi, berdasakan KEPPRES No. 31 Tahun 2002, yang merubah
status IAIN Syarif Hidayatullah-Jakarta menjadi UIN Syarif
Hidayatullah-Jakarta. UIN berupaya mengembalikan masa kejayaan Islam dengan
mencetak mahasiswa- mahasiswa yang memiliki keluhuran moral, kedalaman
spiritual dan kecerdasan intelektual serta kematangan profesional. Sehingga
dapat menjadi pusat keunggulan studi dan pemikiran Islam.
Sistem
Perguruan Tinggi Islam Indonesia
Periode
Sekolah Tinggi Islam (STI)
Sekolah
Tinggi Islam ini terdiri dari dua Fakultas, yaitu :
Fakultas
Syari’ah dan Fakultas Pendidikan dan Bahasa Arab. Adapun materi pelajarannya
sebagai berikut, Ilmu Agama (Fiqih, Ushul fiqih, Tafsir dan Hadis serta Ilmu
Kalam), Bahasa Arab ( sharaf, adabul lughah, mengarang dan menghafal serta
muthala’ah), pendidikan,mantik, tarikh, sosiologi, bahasa Indonesia, Inggris
dan Belanda.
Periode
Peguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN)
Berdasarkan
Peraturan bersama antara Menteri Agama Dan menteri P.P.K, menyatakan bahwa,
lama belajar di PTAIN selama 4 tahun, dengan rincian sebagai berikut:
Tingkat I,
Propaedeuse selama 1 tahun, dengan pelajaran : Bahasa Arab, Pengantar Ilmu
Agama, Fiqih, Ushul fiqih, Tafsir dan Hadis serta Ilmu Kalam, Tingkat II,
kandidat selama 1 tahun dengan berjenis Balaureat selama 1 tahun; di akhiri
ujian Bakalaureat dan Kandidat dengan pelajaran: Bahasa Arab, Mantik, Filsafat,
Akhlak, Tasawuf dan Perbandingan Agama. Tingkat III Doktoral selama 2 tahun dan
diakhiri ujian Dokoral, dengan pelajaran: Tarbiyah, yaitu: Bahasa Arab, Tafsir,
Hadis, Ilmu Jiwa dan Salah satu pelajaran (Filsafat, Akhlak, Tasawuf dan Ilmu
Kalam), Dakwah, yaitu: Bahasa Arab, Fiqih, Ushul fiqih, Tafsir dan Hadis serta
Salah satu pelajaran (Filsafat, Akhlak, Tasawuf dan Ilmu Kalam), Qadla’, yaitu:
Fiqih, Ushul fiqih, Tafsir, Pengantar Hkum Asas – asas hukum publik dan privat
serta Salah satu pelajaran (Filsafat, Akhlak, Tasawuf dan Ilmu Kalam).
Periode
Akademi Dinas ilmu Agama (ADIA)
ADIA
bertujuan untuk mencetak ahli didik untuk sekolah lanjutan. Adapun Akademi ini
terbagi menjadi dua tingkat pendidikan, yaitu Semi Akademi, lama belajar 3
tahun, dengan jurusan pendidikan Agama dan sastra Arab. Setelah itu dilanjutkan
ke tingkat selanjutnya, yaitu akademi dengan lama belajar 2 tahun dengan
jurusan pendidikan Agama dan sastra Arab. Bagi lulusan semi akademi hanya
berhak menjadi guru bahasa arab saja sedangkan lulusan akademi berhak mendapat
ijazah ahli agama.
Periode
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
IAIN
tempatnya terbagi menjadi dua, yaitu :
1.
Yogyakarta, Fakultas Ushuluddin, dengan 4 jurusan: Dakwah, Filsafat, Tassawuf
dan Perbandingan Agama dan Syari’ah, dengan 3 jurusan: tafsir hadits dan Fiqih.
2. Jakarta,
Fakultas Adab, dengan 4 jurusan: Sastra Arab, Persia, Urdu dan Sejarah
Kebudayaan Islam dan Tarbiyah, dengan 3 Jurusan: Pendidikan Agama, keguruan dan
Khusus (Imam tentara).
Adapun lama
belajarnya selama 5 tahun, dengan tingkatan sebagai berikut:
Tingkat I,
Propaedeuse selama 1 tahun, Tingkat II, kandidat selama 1 tahun, Tingkat III,
Bakalaureat selama 1 tahun; di akhiri ujian Bakalaureat (Sarjana Muda) dan
Tingkat IV, Doktoral selama 2 tahun dan diakhiri ujian Dokoral (Sarjana).
Periode
Unirversitas Islam Negeri (UIN)
UIN
merupakan Universitas yang mampu mengkonversikan ilmu agama dengan ilmu umum
(sains). Maka UIN memiliki peran ganda mengembangkan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi yang bernuansakan agama. Sehingga UIN menjadi lembaga pendidikan
tinggi yang mengintegrasikan keislaman, keilmuan dan keindonesia serta wawasan
global. UIN berupaya menjadi Perguruan Tinggi Islam di Indonesia yang memiliki
kualitas pemberdayaan dan pengembangan akademik, administrasi, pelayanan dan
seluruh komponen berikut perangkat kerjanya secara profesinal dan optimal.
Adapun
Fakultasnya terdiri dari: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Adab dan Humaniora,
Ushuludin dan filsafat, Syari’ah dan Hukum, Dakwah dan Komunikasi, Dirasat
Islamiyah, Psikologi, Ekonomi dan Ilmu Sosial, Sains dan Tekhnologi, Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan serta Program Pascasarjana, Magister dan Doktor yang
berkonsentrasi kepada bidang ; Pemikiran Islam, Syari’ah, Pendidikan Islam,
Sejarah dan Peradaban Islam, Tafsir – Hadis, Bahasa dan Sastra Arab, Dakwah dan
Komunikasi, Ekonomi Islam dan Interdisiplinary Islamic Studies.
Penutup
Maka dapat
disimpulkan bahwa adanya Perguruan Tinggi Islam di Indonesia merupakan murni
gagasan umat Islam yang mampu direalisasikan. Sehingga dapat berkembang secara
signifikan, dari mulai awal terbentuknya Sekolah Tinggi Islam sampai menuju
kepada Universitas Islam Negeri. Hal ini merupakan bukti konkrit sumbangan umat
Islam bagi bangsa Indonesia, sekaligus sebagai sarana masyarakat Islam untuk
mencetak intelektual muslim yang mampu menguasai ilmu – ilmu agama dan sains,
sebagaimana yang terdapat pada masa lampau di zaman klasik, seperti: Ibnu Rusyd
dan Ibnu Sina serta intelektual muslim lainnya. maka oleh karena itu sudah
sepatutnya kita memberikan kontribusi yang jelas bagi pendidikan Islam
Indonesia, dengan peralisasian sistem yang ada dan mengadakan inovasi guna
mengembangkan pendidikan Indonesia khususnya pendidikan Islam.
Demikian
makalah ini kami susun. Meskipun kami sadari masih terdapat banyak kekurangan,
baik dari segi penulisan maupun uraian materi. Namun kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat, untuk memotisivasi diri dalam mendalami sejarah pendidikan
Islam di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Asrohah.
Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; Logos, 1999
Azra.
Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
Jakarta; Logos,2000
Hasbullah,
Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia; Lintasan Sejarah Pertumbuhan Dan
Perkembangan, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 1995
Hasjmy. A.,
Mengapa Umat Islam mempertahankan Pendidikan Agama, Jakarta; Bulan Bintang,
1979
Jabali. Fuad
dan Jamhari, IAIN Modernisasi Islam di Indonesia, Jakarta; Logos Wacana Ilmu,
2002
Pedoman
Akademik UIN Syarif Hidayatullah - Jakarta 2005-2006
Sumardi. M,
Sejarah Singkat Pendidikan Islam di Indonesia;1945-1975, Jakarta;Dharma Bhakti,
1978
Sunanto.
Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta; Raja Grafindo, 2005
UIN Jakarta,
Proses Perubahan IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Rekaman Media
Massa, Jakarta; UIN Jakarta Press, 2002
Yunus.
Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; Hidakarya, 1989
Label: Education Articles
·
·
Share it
About Me
Depok, Jawa Barat, Indonesia
Muhamad Fauzi was born in Pangkalan
Jati, Depok, Indonesia and raised to a Batavian parents. He graduated from
Islamic Education department at Islamic State University of Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Muhamad Fauzi. Powered by Blogger.
Followers
Flag's Visitors
Live Trafic
Tidak ada komentar:
Posting Komentar