Allah
menciptakan alam dalam rangka untuk memenuhi hajat hidup manusia. Namun tanpa
disadari, manusia menjadikan alam sebagai mesin untuk diekploitasi sebesar - besarnya
demi kesejahteraan hidup mereka, tidak ada etika ataupun kasih sayang terhadap
alam.
Akhirnya unsur
– unsur alam yang sangat erat dengan kehidupan manusia, yakni air, udara, dan
tanah telah mengalami polusi, dengan adanya polusi tersebut organisme –
organisme lain terancam punah.
Penyebab
kerusakan lingkungan alam disebabkan akibat ulah manusia itu sendiri.
Kerusakan lingkungan alam tidak bisa dilepaskan
dari perilaku manusia. Terbukti, bahwa sebagian besar bencana-bencana yang
terjadi di alam ini seperti banjir, polusi udara, tanah longsor, dll. bukanlah karena faktor alam semata, tetapi
karena ulah dan perilaku manusia sendiri, seperti banjir dan pencemaran
lingkungan.
Untuk itu, kita
sebagai insan kamil wajib menjaga kelestarian alam yang telah diwariskan. Allah
memberikan sebuah amanat kepada manusia untuk mengelola dan memeliharanya
dengan baik. Hal ini dapat dilihat dalam QS. Al-A’raf : 56 :
wur (#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$# y÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î) çnqãã÷$#ur $]ùöqyz $·èyJsÛur 4 ¨bÎ) |MuH÷qu «!$# Ò=Ìs% ÆÏiB tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÎÏÈ
Artinya :Dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.
Ayat diatas melarang manusia untuk berbuat
kerusakan di muka bumi. Kerusakan yang dimaksud adalah berhubungan dengan
berbagai bentuk kerusakan, seperti pembunuhan, perusakan keturunan, akal, dan
agama. Sedangkan yang dimaksud dengan kata ”Ba’da Islahiha” adalah setelah
Allah memperbaiki penciptaannya sesuai dengan peruntukkannya bagi kemanfaatan
makhluk dan kemaslahatan orang-orang mukallaf
Namun, Syihabuddin, menafsirkan bahwa Allah
melarang berbagai bentuk kerusakan seperti merusak jiwa (pembunuhan), harta, keturunan,
akal dan agama setelah Allah memperbaiki semuanya dan menciptakannya untuk
dimanfaatkan oleh makhluk serta untuk kemaslahatan orang-orang mukallaf dengan
cara Allah mengutus seorang rasul di atas bumi dengan membawa syari’at dan
hukum-hukum Allah.
Ibnu Katsir mengatakan,
firman Allah swt. ”.وَلاَ تُفْسِدُوا فِى اْلأَرْضِ إلخ” mengandung
pengertian bahwa Allah swt. melarang kepada hambanya berbuat kerusakan di atas
bumi dan berbuat apa yang dapat merugikannya setelah adanya perbaikan. Karena
sesungguhnya jika segala sesuatu berjalan di atas kebaikan, kemudian terjadi
sebuah kerusakan maka akan menjadikan sebuah kerugian bagi manusia. Oleh
karenanya Allah melarang perbuatan tersebut dan memerintahkan hamba-Nya untuk
menyembah, berdo’a, tawaddlu dan merendahkan diri kepada-Nya. Hal diatas
menunjukkan bahwa kerusakan yang dikandung dalam ayat di atas adalah berbagai
kerusakan lingkungan.[1]
Demi menghindari kerusakan lingkungan, untuk
itu kita harus menjaga kelestarian ala mini , usaha – usaha yang dapat
dilakukan manusia seperti :
1.
Melakukan penanaman pohon
Sebagaimana Nabi pernah bersabda dalam sebuah
hadis yaitu :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ
يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلاَّ
كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
Artinya: “Tak
ada seorang muslim yang menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung
memakannya atau manusia atau hewan, kecuali ia akan mendapatkan sedekah
karenanya”.(HR.Bukhari)
Dalam hadis
lain Nabi SAW juga pernah bersabda:
Barangsiapa
yang menanam sebuah pohon, dan pohon itu berbuah, Allah akan memberikan pahala
kepada orang itu sebanyak buah yang tumbuh dari pohon tersebut.
2.
Menggunakan perabot rumah tangga atau teknologi
yang ramah lingkungan
3.
Menggunakan sumber daya alam se-efisien dan se-efektif
mungkin
4.
Membuang sampah pada tempatnya
5.
Mengelola lahan yang masih belum bermanfaat
menjadi berguna bagi manusia
6.
Menjaga kelestarian hewan maupun tumbuh –
tumbuhan liar yang berada di hutan
7.
Manusia juga diharapkan mampu mengelola sampah
kering maupun basah menjadi sesuatu yang dapat bermanfaat bagi manusia.
Tindakan memelihara alam termasuk manifestasi
perintah syukur kepada Tuhan. Karena Islam adalah agama yang menjunjung tinggi
nilai-nilai syukur. Dari awal kelahiran islam, islam sudah mengajarkan
pentingnya memelihara alam. Bahkan, ketika perang pun Islam masih mengagungkan
titah itu. Abu Bakar dan Umar, setiap kali akan melepas laskar ke medan perang
tidak pernah lupa memperingatkan:
“Janganlah tebang pohon atau rambah tanaman,
kecuali jika akan dipergunakan atau dimakan, dan janganlah membunuh binatang
kecuali untuk dimakan, hormati dan lindungi semua rumah ibadah manapun, serta
jangan sekali – kali mengusik mereka yang sedang beribadah menurut agama mereka
masing – masin. Janganlah membunuh orang – orang yang tidak bersenjata (yang
tidak terlibat dalam perang)
Islam adalah telah mengajarkan kepada kita
untuk ikut berperan aktif dalam melestarikan maupun dalam memelihara
keberlangsungan hewan langka melalui pelarangan konsumsi. Inilah makna konsep
Rabbil ’alamin (pemelihara seluruh alam), yakni sifat Tuhan yang direalisasikan
pada tugas kekhalifahan manusia. Artinya, segenap makna yang terkandung dalam
kata itu harus tercermin dalam setiap tindakan dan perilaku manusia dengan
alam, karena ia menempatinya dan bertanggung jawab terhadap eksistensinya.
Kita sebagai makhluk yang diciptakan Allah SWT
yang paling sempurna, harus menjaga kelestarian alam yang telah dikaruniakan
Allah SWT kepada dan kita juga harus menjaganya dengan baik. Hal ini juga akan
berdampak bagi anak dan cucu kita kelak.
[1]
Abu al-Fida Ismail bin ‘Amr bin Katsir
al-Quraisy al-Dimasyqy, Tafsir al-Quranul ’Adhim, Juz 3, (Dar
at-Thayyibah li an-Nasyr wa al-Tauzi’, 1999). hal. 429.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar